Sekutu Rusia 'Semprot' Putin: Kami Ingin Rasa Hormat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara Asia Tengah mulai menunjukkan keresahannya kepada Rusia. Negara yang rata-rata pecahan Uni Soviet itu bahkan langsung mengutarakannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan di Kazakhstan, pekan lalu.
Seperti dikutip Reuters, Selasa (18/10/2022), Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon menyebut bahwa negaranya perlu diberlakukan dengan hormat oleh Moskow. Ini merupakan buntut dari sikap Moskow yang hanya mengirim seorang wakil menteri ke konferensi investasi di Dushanbe bulan lalu.
"Kami menginginkan rasa hormat. Tidak ada yang lain. Rasa hormat," kata Rakhmon yang Tajikistan sejak 1994 seraya mengeluh bahwa sikap Moskow tidak membaik sejak era Soviet.
Seorang pejabat Tajik mengatakan Rakhmon juga merasa tersinggung karena Rusia selama beberapa dekade memperlakukan Tajikistan sebagai halaman belakang. Presiden itu pun merasa Rusia hanya akan mendekat kepadanya bila terisolasi.
"Negara-negara Asia Tengah, yang memperhatikan meningkatnya minat Rusia di kawasan itu dan munculnya ketergantungan tertentu padanya, telah mengambil keuntungan dari situasi untuk menyuarakan keluhan mereka dan membangun hubungan yang lebih setara di mana Rusia setidaknya akan melepaskan sebagian dari peran 'kakak laki-lakinya'," terang analis politik Kazakh Rustam Burnashev.
Data menunjukkan negara-negara Asia Tengah, termasuk yang paling miskin di wilayah itu, Tajikistan, telah meningkatkan omzet perdagangan luar negerinya baru-baru ini. Ini kemungkinan didapat dari kegiatan mengekspor barang-barang dari beberapa negara ke Rusia karena saat ini Moskow terganjal sanksi Barat.
Selain itu, posisi Putin di Asia Tengah pun juga terancam dengan caranya untuk mendamaikan Tajikistan dan Kirgistan yang mengalami konflik perbatasan beberapa waktu lalu. Pasalnya, belum ada terobosan yang signifikan walau Putin telah berjanji untuk menunjukan perbatasan kedua wilayah dari peta era Soviet.
Hal ini kemudian mendorong kemunduran besar dalam aliansi militer pimpinan Rusia, CSTO. Pasalnya, Tajikistan dan Kirgistan, yang sama-sama anggota aliansi itu, memutuskan untuk mundur dari latihan bersama yang direncanakan.
Sementara itu, pengamat juga mengamati tingkah Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev yang tidak mengadakan pertemuan bilateral dengan Putin. Tokayev sendiri dilaporkan mengeluhkan media Rusia yang sering mengkritik rezimnya.
Laporan Reuters juga menyoroti apa yang disebutnya perilaku provokatif oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko yang menyela salah satu pidato Tokayev. Laporan itu menunjukkan Tokayev membalas dengan senyum merendahkan kepada figur yang disebut sekutu dekat Putin itu.
"Namun, Kazakhstan dan Uzbekistan, negara terbesar di Asia Tengah, berhati-hati untuk tidak memusuhi Moskow karena mereka masih melihat Rusia sebagai polisi regional yang bantuannya mungkin mereka butuhkan dalam krisis," kata Alisher Ilkhamov, konsultan Asia Tengah yang berbasis di Inggris.
Ilkhamov menambahkan bahwa pengaruh China sebagai 'kakak laki-laki' regional akan meningkat dengan mengorbankan Rusia. Ini akan semakin cepat terjadi bila Rusia menderita kekalahan dalam perangnya di Ukraina.
"Untuk saat ini kita melihat Rusia menyerahkan peran ini ke China sebagai pelindung utama negara-negara Asia Tengah. Kekosongan tidak akan terisi - itu akan diisi langkah demi langkah oleh China."
(luc/luc)