Internasional

Kisruh AS Vs Arab Saudi Kian Panas, Rusia Bisa 'Diuntungkan'

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
17 October 2022 21:40
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di Istana Al Salman, di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (15/7/2022).  (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)
Foto: Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di Istana Al Salman, di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (15/7/2022). (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Richard Blumenthal, memperingatkan tentang kemungkinan bahwa teknologi pertahanan AS yang sensitif dapat dibagikan kepada Rusia oleh Arab Saudi.

Hal ini muncul saat hubungan Washington dan Riyadh memburuk baru-baru ini yang disebabkan kisruh produksi minyak OPEC+.

Blumenthal, yang juga anggota komite angkatan bersenjata Senat, juga mengusulkan pembekuan satu tahun penjualan senjata ke Saudi. Ia juga berjanji untuk menggali lebih jauh terkait kemungkinan risiko yang bisa timbul bersama-sama dengan pihak Pentagon.

"Saya ingin beberapa kepastian bahwa mereka berada di atasnya dan jika ada risiko, saya ingin menentukan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut dengan segera," kata Blumenthal dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Senin (17/10/2022).

Komentar tersebut menunjukkan kedalaman keretakan yang muncul antara monarki Saudi dan Demokrat di Washington. AS marah dengan keputusan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) yang mulai memotong produksi minyak bulan depan sebesar 2 juta barel per hari.

Washington menanggapi langkah itu sebagai tanda keberpihakan Saudi pada Rusia. Pasalnya, keduanya menjadi patron dari aliansi itu dan pemotongan produksi dapat membuat harga minyak naik dan pendapatan Rusia bertambah di tengah perangnya dengan Ukraina.

Baik Presiden AS Joe Biden dan sekutu Demokratnya di Kongres telah menyatakan frustrasi dengan langkah tersebut dan menyerukan penataan kembali hubungan Saudi. Biden bahkan telah memperingatkan Saudi akan konsekuensi dari langkahnya itu.

Meski begitu, sekutu Saudi di OPEC+ mengatakan bahwa pemotongan ini merupakan langkah ekonomi murni dan bukan tekanan politik. Pihak Riyadh juga menepis klaim Washington bahwa pihaknya bersekutu dengan Moskow dalam konflik di Ukraina.

"Kami terkejut dengan klaim bahwa negara kami berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina," ujar salah satu Pangeran Saudi, Khalid Bin Salman.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kunjungi Arab Saudi, Biden Desak OPEC Genjot Produksi Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular