
Bos Pertamina Ungkap Strategi Kejar Target Nol Emisi Karbon

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertamina Group, baik holding maupun subholding menjadi salah satu peserta SOE International Conference 2022: Driving Sustainable and Inclusive Growth. Event ini diselenggarakan sebagai komitmen pemerintah untuk mendukung implementasi aspek environment, social, and government (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs), khususnya di sektor kesehatan, inklusi keuangan, transformasi digital, dan transisi energi.
Dalam kesempatan tersebut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan rencana Pertamina mengenai target NZE di 2060 melalui dekarbonisasi. Dia mengungkapkan Pertamina berhasil menurunkan pengeluaran karbon emisi operasional perusahaan mencapai 29% dari 2019 hingga akhir 2021.
"Pertama eksisting bisnis kita yang menghasilkan emisi ini sudah kita turunkan, minimal sama dengan target Nationally determined contribution pemerintah. Sejak 2019, kami menghitung berapa penurunan karbon emisi dan di 2021 akhir," jelas Nicke dalam Power Lunch CNBC Indonesia, Senin (17/10/2022).
Nicke menjelaskan bahwa dalam dekarbonisasi Pertamina melakukan efisiensi pada kilang-kilang dan seluruh blok migas dengan menggunakan kembali gas buang yang ada menjadi energi.
"Kedua kita melakukan beberapa program di hilir, yaitu Langit Biru. Di mana sudah shifting dari premium ke pertalite, dan itu memberikan kontribusi cukup besar," lanjut dia.
Sementara itu, dalam program transisi ke energi bersih, menurut Nicke, harus sesuai dengan sumber daya alam yang dimiliki negara.
"Karena Indonesia negara kepulauan, maka konsepnya bukan lagi interkoneksi. Tapi begitu kita bicara Indonesia Timur, itu melakukan kearifan lokal. Semua bisa diproses menjadi sumber energi. Sumber energi harus berasal dari sumber daya alam yang dimiliki negara," tegas Nicke.
Selanjutnya kata Nicke, Pertamina memiliki carbon capture utilization and storage (CCUS), dengan C02 bisa membantu meningkatkan produksi hulu migas.
"Indonesia punya kapasitas besar sekali untuk reservoir storage C02, sekitar 80 sampai 400 giga ton. Termasuk terbesar di Asia. Ini bisa kita kembangkan," pungkas dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BUMN Dorong Pertamina Lanjutkan 8 Inisiatif Transisi Energi
