
Impor RI Mendadak Anjlok, Kudu Senang atau Sedih Nih?

Namun, Irman menegaskan jika penurunan impor pada September belum cukup menjadi sinyal bagi perlambatan ekonomi ke depan. Pasalnya, penjualan ritel dan kepercayaan konsumen turun.
Dia menambahkan penurunan impor barang modal dan bahan baku/penolong kemungkinan karena produsen mencari substitusi dari dalam negeri, terutama karena pelemahan nilai tukar rupiah. Merujuk data Refinitiv, rata-rata nilai tukar rupiah berada di kisaran US$ 14.983/US$1 pada September. Nilai tersebut lebih rendah US$ 14.835/US$1.
"Kemungkinan jadi ada shift di produksi dalam negeri, terutama raw materials dan barang konsumsi. Sekarang untuk produsen mengimpor lebih mahal karena shipping cost juga naik tinggi. Bisa jadi alternatif produksi dalam negeri lebih menarik. Pelemahan rupiah juga membuat impor lebih mahal," tutur Irman.
Senada, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan penurunan impor pada September 2022 masih belum bisa dijadikan indikasi perlambatan ekonomi domestik.
"Secara yoy impor bahan baku dan barang modal masih naik. Walau memang aksi wait and see dari dalam negeri untuk impor karena pelemahan ekspor juga ada. Tapi secara musiman memang impor secara MoM pada September mostly turun," ujar Faisal, kepada CNBC Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan ekspor melandai terutama karena permintaan dan harga komoditas mulai turun.
"Turunnya nilai ekspor disebabkan penurunan ekspor komoditas unggulan, yaitu besi dan baja, minyak kepala sawit, dan batubara. Penurunan tersebut disebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global," ujar Setianto, dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022).
Menurut data Refinitiv, rata-rata harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ambles 10,3% (mtm) sebulan pada September lalu.
Volume ekspor CPO turun menjadi 2,55 juta ton pada September 2022 dari sekitar 3,5 juta ton pada Agustus. Nilai ekspor CPO lemak dan minyak hewani/nabati yang didominasi CPO anjlok 32% sebulan menjadi US$ 3,04 miliar pada September.
Ekspor bahan bakar mineral yang didominasi batu bara turun 1,63% sebulan menjadi US$ 5,06 miliar. Bahan bakar mineral serta lemak dan minyak hewan/nabati berkontribusi sebesar 33% dari total ekspor Indonesia. Penurunan pada kedua komoditas tersebut langsung berdampak ke kinerja keseluruhan.
Penurunan ekspor September juga mulai menjadi sinyal dari perlambatan ekonomi global. Ekspor ke negara tujuan utama Indonesia semuanya turun dibandingkan bulan lalu. Ekspor ke Tiongkok melandai 0,1%, ekspor ke Jepang menyusut 2,5%, ke Amerika Serikat ambles 18,3%, ke Korea Selatan anjlok 11,9%, dan India ambles 29,2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]