
Luhut Beberkan Cara RI Punya 'Daya Tahan' Terhadap Krisis

Nusa Dua, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan bahwa RI terus memperkuat struktur ekonominya agar memiliki daya tahan yang kuat terhadap krisis. Salah satu caranya adalah melalui hilirisasi di industri pertambangan.
Luhut mencontohkan, bahwa ke depan, Indonesia tidak lagi melaksanakan penjualan komoditas dalam bentuk mentah, dan akan beralih ke industri komoditas yang bernilai tambah.
Contohnya soal nikel, saat ini Indonesia sudah tidak lagi melakukan ekspor nikel dalam bentuk bijih. Dengan nikel, melalui proses hilirisasi nikel akan dikembangkan sebagai baterai lithium.
Bukan cuma nikel, kata Luhut, ke depan hilirisasi komoditas lainnya seperti timah, tembaga, bauksit akan menggunakan mix energy dalam pengembangannya.
"Hilirasi juga akan memperkuat struktur eko ri berdaya tahan terhadap krisis, sebagai contoh ekonomi Sulawesi Tengah dan Maluku yang tetap tumbuh tinggi di tengah hantaman Covid-19, karena share industri yang sangat tinggi," ungkap Luhut dalam sambutannya pada acara pembuakaan SEO International Conference, di Nusa Dua, Senin (17/10/2022).
Di tempat yang sama, Indonesia kini menghadapi badai yang lengkap bertubi-tubi, terutama sejak meletusnya Perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Menurutnya, tidak ada yang bisa meramal kapan perang ini akan berakhir. Akibatnya, dampaknya masih akan terus meluas dan memburuk.
Oleh karena itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga berperan penting dalam menanggulangi dampak perang ini, khususnya pada perekonomian di Tanah Air.
Jadi saya pikir Bapak Ibu sekalian, perang di Ukraina masih akan punya dampak yang luas. Peran BUMN untuk mendukung ini saya kira sangat penting. Untuk mewujudkan Indonesia 2045 bukan goal mudah, saat ini kita alami perfect storm," ungkap Luhut.
Indonesia memiliki target untuk mencapai pendapatan per kapita lebih dari US$ 10.000 pada 2030 dari saat ini sebesar US$ 4.200. Target ini tentunya menjadi tidak mudah ketika kini tengah menghadapi badai besar yang bertubi-tubi ini.
Menurutnya, badai komplit saat ini yaitu kondisi dunia yang penuh ketidakpastian atau volatilitasnya tinggi. Namun demikian, menurutnya Pemerintah Indonesia serius untuk menangani masalah ini.
"Ketidakpastian ekonomi dunia masih terbayang-bayangi kemungkinan menujunya situasi terburuk perang nuklir, di mana beberapa sumber telah memprediksikan isu ini. Tapi kita juga serius menghadapi volatilitas yang tinggi dengan harga minyak mendekati US$ 100 per barel dan perlu diwaspadai juga tren penurunan komoditas ekspor utama di Indonesia," paparnya.
"Lonjakan kenaikan harga energi dan pangan memicu kenaikan harga di beberapa negara," lanjutnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Jadi Pensiunkan PLTU? Luhut: Tergantung Siapa Mau Biayai