Internasional

Sekutu Putin Sebut Kehancuran Dunia di Depan Mata, Kenapa?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
15 October 2022 14:30
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon memasuki aula sebelum pertemuan para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) ) negara-negara anggota di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 16 Mei 2022. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)
Foto: Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon memasuki aula sebelum pertemuan para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) ) negara-negara anggota di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 16 Mei 2022. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam kemungkinan perang nuklir, para pemimpin politik dan militer telah mengevaluasi skenario hasil akhirnya.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memperingatkan bahwa meskipun sekutu tidak pernah berencana untuk menggunakan senjata nuklir, pemimpin Rusia itu akan berjuang jika disudutkan.

Ketika Ukraina memperkuat pertahanannya dan serangan baliknya terus merusak pasukan Rusia, retorika Putin makin agresif, dengan mengancam aksi nuklir terhadap negara Eropa Timur itu untuk melindungi wilayah yang baru saja dicaploknya.

Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Lukashenko mengatakan bahwa jika 'garis merah' tertentu dilanggar di Ukraina, Putin dapat melanjutkan serangannya terhadap negara itu dengan cara yang lebih buruk daripada yang sudah dia lakukan.

Lukashenko merujuk serangan rudal Putin terhadap infrastruktur Ukraina yang menewaskan warga sipil, menghancurkan jembatan, gedung, dan pembangkit listrik, dan mengatakan jika Putin tersudut, lebih banyak serangan serupa bisa terjadi.

Lukashenko menambahkan bahwa Rusia memiliki senjata paling modern dan tidak membutuhkan senjata nuklir untuk memenangkan perang. Dia mengatakan dia yakin ancaman perang nuklir hanyalah motivator politik, tetapi jika itu terjadi, kehancuran akan terjadi dan tidak hanya di Ukraina.

"Ini akan menjadi akhir dari planet kita. Jika senjata nuklir digunakan bahkan oleh satu negara, itu akan menyebabkan reaksi berantai. Rusia memahami ini dengan baik dan tidak ada seorang pun, saya ingin menggarisbawahi ini, saya tahu pasti dari Presiden Putin sendiri, tidak ada yang menetapkan tujuan untuk menggunakan senjata nuklir," ungkapnya dikutip dari Newsweek, Sabtu (15/10/2022).

Namun, Michael Kimmage, profesor dan ketua departemen sejarah Universitas Katolik Amerika, mengatakan kepada Newsweek bahwa Lukashenko adalah sekutu Kremlin, dan pesannya mungkin hanya untuk mengintimidasi.

Kimmage mengatakan pesan itu juga bisa menjadi tanggapan terhadap deklarasi Presiden Joe Biden tentang bagaimana Amerika Serikat akan campur tangan jika diperlukan dan pengumuman Uni Eropa (UE) bahwa mereka akan mendukung serangan langsung terhadap militer Rusia jika perang nuklir digunakan.

"Ini bukan kecelakaan. Ini dalam koordinasi yang erat dengan Kremlin," kata Kimmage.

Kimmage mengatakan pesan itu memiliki dua tujuan, yaitu untuk memicu reaksi emosional karena tidak ada lagi yang berhasil dalam perang Rusia melawan Ukraina, dan untuk digunakan terutama untuk konsumsi domestik di Rusia.

"Kami tangguh, kami tidak mundur, kami memiliki senjata,' mereka mengirim pesan kepada diri mereka sendiri," imbuhnya.

Namun, Kimmage mengatakan kepada Newsweek bahwa Lukashenko mungkin tidak salah. Jika perang nuklir terjadi kemudian, itu dapat menyebabkan eskalasi serius dari AS.

"Sulit membayangkan Rusia tidak akan menanggapi dengan eskalasi mereka sendiri, jauh lebih menakutkan daripada krisis rudal Kuba," ucapnya.

Kimmage mengatakan satu-satunya taktik Rusia mungkin menunggu musim dingin, melihat kerusakan ekonomi Eropa dan melihat apakah dukungan Ukraina dari negara-negara sekutu melemah

Sementara itu, Lukashenko pada hari Jumat mendesak partai-partai politik untuk menemukan solusi damai untuk perang, menggembar-gemborkan manfaatnya bagi semua negara, termasuk AS.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Sekutu Rusia Bentuk Pasukan Baru, Ikut Serang Ukraina?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular