Bahaya! Rupiah Tersungkur, Subsidi BBM & LPG Makin Bengkak

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
12 October 2022 12:35
Antrean kendaraan untuk pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Tendean, Jakarta, Rabu (31/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Antrean kendaraan untuk pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Tendean, Jakarta, Rabu (31/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai mata uang rupiah ke dolar Amerika Serikat (AS) jatuh tersungkur. Sampai pada Rabu pagi (12/10/2022), nilai mata uang rupiah menembus Rp 15.375 per dolar AS.

Melemahnya mata uang rupiah ini tentunya berimbas kepada komoditas-komoditas yang dibeli secara impor salah satunya adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Kenapa harga BBM dan LPG bisa terpengaruh? Sebagai gambarannya, selama ini, Indonesia menjadi negara net importir minyak mentah dan juga LPG. Tercatat, impor minyak Indonesia hampir mencapai setengah dari kebutuhan minyak mentah untuk BBM yang diperkirakan tembus 1,4-1,5 jutaan barel per hari.

Sementara untuk LPG, Kementerian ESDM mencatat impor LPG mencapai 76,9% dari kebutuhan LPG di dalam negeri atau tepatnya impor LPG mencapai 8 juta ton dari produksi LPG mencapai 1,9 juta ton.

Komoditas-komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia itu dibeli dengan menggunakan dolar AS. Jadi. "Sangat berpengaruh lantaran penetapan harga BBM dan LPG salah satunya adalah kurs rupiah terhadap dolar AS," ungkap Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/10/2022).

Fahmy menyatakan, pelemahan rupiah dolar AS akan menyebabkan harga BBM dan LPG di dalam negeri bisa menjadi semakin mahal. Dalam kondisi ini, jika tidak menaikkan harga BBM dan LPG itu, maka subsidi energi akan kembali membengkak.

"Jika tidak dinaikan harga dalam kondisi tersebut, maka subsidi energi kembali membengkak," ungkap Fahmy.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talatov menilai, harga BBM dan LPG bisa kembali mengalami kenaikan.

Abra mencatat, penyebab terjadinya kenaikan harga BBMdiantaranya adalah tingginya harga minyak mentah dunia yang diprediksi akan kembali menembus US$ 100 per barel. Selain itu, fgaktor yang mempengaruhi kenaikan harga BBM adalah stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Jadi justru saya pikir ada dua beban terhadap pembentukan harga BBM di dalam negeri, yakni harga minyak mentah atau ICP (Indonesia Crude Price) dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Jadi bebannya ganda," ungkap Abra kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (11/10/2022).

Seperti yang diketahui, melejitnya harga minyak mentah dunia saat ini ditengarai kesepakatan kelompok produsen minyak mentah dunia yakni OPEC+ yang memutuskan untuk memotong produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari.

"Kalau kondisinya sekarang dengan asumsi pemangkasan minyak mentah, kemudian geopolitik global masih memanas, dan nilai tukar rupiah berpotensi masih terus tertekan. Saya pikir justru yang paling bisa terjadi harga jual BBM justru akan kembali dinaikkan, bukan kita bicara diturunkan," tandas Abra.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ambruk, Harga BBM dan LPG Bisa Makin Mahal Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular