Sri Mulyani Beberkan Dunia Berada di Masa Sulit & Berbahaya

haa, CNBC Indonesia
11 October 2022 09:45
Indonesia's Finance Minister Sri Mulyani Indrawati speaks during a side event on the G20 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting in Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 July 2022. Made Nagi/Pool via REUTERS
Foto: REUTERS/POOL

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kondisi dunia yang belum lepas dari pandemi, sementara resesi menghantui, membuat banyak pengambil kebijakan terjebak dalam situasi sulit dan berbahaya.

Menurutnya, selama pandemi banyak negara-negara di dunia yang fiskalnya menyusut. Bahkan, beberapa terjebak dalam rasio utang yang tinggi.

Hal ini diperparah dengan kondisi saat ini dimana era suku bunga rendah telah berakhir. Alhasil, fiskal negara-negara tersebut makin terhimpit.

"Kita dihadapkan dengan dilema antara menstabilisasi harga dengan menurunkan inflasi, di saat bersamaan ekonomi turun dan menaikkan suku bunga," ujar Sri Mulyani dalam T20 Summit di Washington DC, dikutip Selasa (11/10/2022).

"Jadi (kondisi) ini sangat sulit dan berbahaya," tegasnya.

Dia melihat ruang pertumbuhan ekonomi terbatas. Sebagai konsekuensi, kondisi ini bisa memicu ketidakstabilan ekonomi dan sosial

"Ini menjadi situasi yang kompleks bagi policy maker di seluruh dunia," pungkasnya.

Terbukti, beban utang Argentina kini membengkak hingga lebih dari Rp515 ribu triliun, jika dirupiahkan dengan kurs Rp 15.290 per dolar AS.

Utang ini tercatat dalam beberapa mata uang yakni dolar AS sebesar US$ 29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang, mata uang lokal sebesar ARS 13,3 triliun (27,56%), dan 4,3 triliun euro (8,93%).

Ketiga denominasi itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.

Akibat komplikasi utang ini, Argentina kini menggunakan sistem barter untuk bertransaksi kebutuhan pokok. Nasib serupa dialami oleh Lebanon dan Sri Lanka.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) telah mengumumkan akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global pada 2023.

Keputusan ini diambil melihat ketidakstabilan keuangan yang terus mengalami peningkatan.

Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina justru meruncing menyusul serangan terbaru Rusia dan bergabungnya sekutu Presiden Vladimir Putin dalam perang, yakni Belarusia.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan pihaknya telah memerintahkan pasukannya untuk dikerahkan bersama pasukan Rusia di dekat Ukraina sebagai tanggapan atas apa yang dia katakan sebagai ancaman nyata bagi Belarusia dari Kyiv dan para pendukungnya di Barat.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sering Bagikan Cerita 'Dunia Gelap', Ini Alasan Sri Mulyani!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular