Internasional

'Dunia Gelap' Makan Korban Baru: Argentina, Siapa Berikutnya?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 October 2022 07:55
BUENOS AIRES, ARGENTINA - JULY 04: An Argentine flag is seen at government house
Foto: Argentina (Photo by Tomas Cuesta/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara dunia sudah mulai menunjukan 'keruntuhan' ekonomi akibat kekacauan global. Setelah sebelumnya krisis dirasakan beberapa negara Asia Selatan seperti Sri Lanka, kali ini krisis menjalar ke Amerika Selatan, tepatnya Argentina.

Inflasi negara penghasil gandum itu tak terkendali. Angkanya mencapai 78.5% pada Agustus, dan diperkirakan tembus 100% pada akhir tahun, menurut survei yang dilaksanakan bank sentral Argentina (Banco Central de la República Argentina/BCRA).

Nilai mata uang peso Argentina atau ARS melemah lebih dari 47% sepanjang tahun ini, sebesar ARS 150 per dolar AS. Mata uang negeri Lionel Messi itu sudah melemah akibat salah urus perekonomian sejak sebelum pandemi Covid-19.

Pandemi dan perang Rusia memperparah situasi, hingga ARS terpuruk lebih dari 3.388% atas greenback, setelah sebelumnya menikmati nilai tukar di kisaran ARS 4 per dolar AS, hingga pertengahan 2018.

Saking sulitnya mendapatkan dolar AS-karena pembatasan oleh otoritas setempat-muncullah dollar blue atau blue dollar di sana. Ini adalah aktivitas penukaran mata uang ARS ke dolar AS di jalanan, ilegal, atau tidak teregulasi oleh bank sentral, tetapi diketahui dan dibiarkan.

Blue dollar muncul akibat tingginya permintaan dolar AS dan ketidakpercayaan warga terhadap peso. Nilainya jauh lebih tinggi dari kurs resmi, bisa dua kali lipat. Ambil contoh, hari ini (10/10/2022) kurs resmi satu dolar AS setara ARS 150 di bank sentral, sementara kurs blue dollar sebesar ARS 277.

Tak hanya nilai tukar dan inflasi, jumlah utang Negeri Tango juga berada pada tingkatan yang tinggi. Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) di Argentina sempat mencapai 80,5% pada 2021. Pada tahun yang sama, rasio utang Indonesia hanya 35% terhadap PDB.

Saat ini, utang Buenos Aires tercatat setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar AS. Utang ini tercatat dalam beberapa mata uang yakni dolar AS sebesar US$ 29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang, mata uang lokal sebesar ARS 13,3 triliun (27,56%), dan 4,3 triliun euro (8,93%). Ketiga denominasi itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.

Akibat komplikasi dari hal-hal ini, warga kini menggunakan sistem barter untuk bertransaksi kebutuhan pokok. Warga di sana bahkan menggunakan forum grup di Facebook sebagai media bertukar informasi kebutuhan, untuk kemudian menentukan lokasi untuk eksekusi barang. Misalnya di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta api.

Tingginya biaya hidup membuat mereka menukarkan apa saja untuk mempertahankan nyawa. Ada yang menukarkan pakaian untuk sekantong gula, atau apapun untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok.

Untuk mengatasi hal ini, Argentina pun mulai menggantungkan diri dari lembaga donor, Dana Moneter Internasional (IMF). Akhir pekan lalu, Dewan Eksekutif IMF kembali menyetujui peninjauan kedua dari program fasilitas pembiayaan tambahan senilai US$ 44 miliar, tanpa meminta syarat pencairan apapun.

IMF menyetujui pencairan senilai US$ 3.8 miliar, sehingga menambah total pinjaman sekitar US$ 17.5 miliar dari plafon.

"Tindakan tegas oleh tim ekonomi yang baru sangat penting untuk menstabilkan pasar dan membangun kembali kepercayaan," ujar IMF dalam pernyataannya yang dikutip Reuters akhir pekan lalu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Argentina Dihajar Krisis, Presiden Rombak Jajaran Menteri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular