Ramalan Sri Mulyani Nyata, Argentina 'Sekarat' Gegara Utang

Tim Redaksi, CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
11 October 2022 06:40
The monument to General Belgrano and the Argentine Flag are seen in Plaza de Mayo in Buenos Aires, Argentina, September 17, 2015. (Photo by John Gress/Corbis via Getty Images)
Foto: Argentina (Photo by John Gress/Corbis via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Minggu ini, dunia dibuat ramai dengan bengkaknya utang Argentina. Negera di Amerika Latin ini memiliki total utang setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila dirupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar Amerika Serikat.

Rincian utangnya tersebar dalam beberapa denominasi, dengan mayoritas dalam mata uang dolar Amerika Seriktar sebesar US$29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang.

Data dari Refinitiv juga menunjukkan utang dalam mata uang lokal sebesar ARS13,3 triliun (27,56%) dan EUR4,3 triliun (8,93%). Ketiga denominasi mata uang itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.

Di tengah pelemahan permintaan dunia, ekspor Argentina tertekan secara tahunan hingga 6.9% pada Agustus, sementara nilai impor justru mengingkat 36.2%.

Kenaikan impor dipicu oleh kebutuhan bahan bakar dan pelumas.

Alhasil, data Institut Nasional Statistik dan Sensus Argentina (Instituto Nacional de Estadística y Censos/INDEC) menunjukkan neraca dagang defisit US$300 juta pada Agustus. Ini masih terbilang membaik, dari defisit US$437 juta pada Juli.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Argentina telah mencapai 80.5% pada 2021. Sementara itu, rasio utang Indonesia hanya 35% terhadap PDB pada 2021.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan adanya empat tantangan utama saat ini, setelah dunia melalui pandemi.

Empat tantangan tersebut yakni, inflasi tinggi, pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga acuan yang agresif, potensi krisis utang global dan potensi stagflasi.

Khusus untuk krisis utang, dia mengungkapkan banyak negara di dunia yang rasio utangnya telah mencapai 60-100% dari PDB.

"Biaya utang dan revolving risk mengalami kenaikan yang tajam serta potensi default lebih dari 60 negara melonjak," ujar Sri Mulyani.

Oleh karena itu, dia meminta semua pihak waspada.

"Perkembangan dunia yang sangat bergejolak tentu perlu diwaspadai, namun tidak berarti kita gentar, kita tetap optimis namun waspada," kata Sri Mulyani.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sepak Bola Argentina Boleh No.1 Dunia, Soal Utang Nanti Dulu!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular