Semua Takut Hantu 'Badai Besar', Jokowi Tak Bisa Tidur Tenang
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar tak menyenangkan dari Argentina terkait dengan krisis utang yang melanda negara Amerika Latin tersebut menjadi alarm waspada bagi semua negara di dunia.
Tidak hanya itu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) telah mengingatkan bahwa pihaknya akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global pada 2023.
Keputusan ini diambil melihat ketidakstabilan keuangan yang terus mengalami peningkatan.
Tekanan ini menjadikan tanda-tanda badai resesi dunia semakin jelas. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali mengungkap kekhawatirannya terhadap ancaman resesi.
Jokowi telah menyadari tingginya ketidakpastian perekonomian global saat ini.
Semua negara kini dalam posisi sulit seiring dengan ancaman resesi yang akan melanda dunia pada tahun depan.
"Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Jokowi saat Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda di JCC, Jakarta, dikutip Selasa (11/10/2022).
Jika Indonesia terdampak guncangan resesi global, maka hal pertama yang tampak adalah penurunan ekspor akibat lesunya permintaan dunia.
Ekspor sendiri berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022. Kemerosotan ekspor akibat resesi dunia tentunya akan memangkas PDB Indonesia.
Kemudian, dunia usaha akan tertekan. Permintaan yang sepi akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Di sisi lain, beban operasional tetap harus berjalan seperti listrik, sewa gedung, dan karyawan.
Biasanya untuk mengurangi beban, kapasitas produksi pun dikurangi mengikuti permintaan yang turun. Selain itu, karyawan pun jadi korban dengan adanya pemotongan gaji.
Bahkan lebih parah, adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ujung-ujungnya daya beli pun semakin rendah karena pendapatan yang terpotong atau bahkan terputus. Tingkat pengangguran pun menjadi bertambah. Satu yang mulai muncul di Tanah Air adalah gelombang PHK.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Nurjaman mengungkapkan pengusaha harus mengencangkan ikat pinggang di tengah kondisi penuh ketidakpastian.
"Akhirnya mengencangkan ikat pinggang dari berbagai sisi, bisa dari efisiensi, atau hal-hal lain. Kalau pun akan terjadi PHK (bisa) di akhir-akhirnya, kalau sudah gak sanggup, kalau gejolaknya masih seperti ini," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (10/10/2022).
"Banyak yang pada mengurangi, tapi mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu," tegasnya.
(haa/haa)