
Respons China Soal Penyatuan, Taiwan Ogah Kompromi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan tidak ada ruang kompromi atas kedaulatan. Namun, dia menambahkan, Taipei bersedia bekerja sama dengan China dengan cara yang dapat diterima bersama untuk menjaga perdamaian di Selat Taiwan.
"Konsensus rakyat Taiwan adalah untuk mempertahankan kedaulatan kami dan cara hidup kami yang bebas dan demokratis. Tidak ada ruang untuk kompromi dalam hal ini," kata Tsai dalam pidato pada Hari Nasional Taiwan, dikutip CNNÂ Internasional, Senin (10/10/2022).
Taiwan, rumah bagi 23 juta orang, terletak kurang dari 110 mil (177 kilometer) di lepas pantai China.
Selama lebih dari 70 tahun kedua belah pihak telah diperintah secara terpisah, tetapi itu tidak menghentikan Partai Komunis China yang berkuasa untuk mengklaim pulau itu sebagai miliknya, meskipun tidak pernah dapat mengendalikannya.
Pemimpin China Xi Jinping mengatakan, "penyatuan kembali" antara China dan Taiwan harus dilakukan meski menggunakan kekerasan penuh.
Dalam pidatonya, Tsai mendesak para pemimpin China untuk tidak menempuh jalan itu.
"Saya menyerukan kepada pihak berwenang Beijing bahwa menggunakan perang tidak boleh menjadi pilihan untuk hubungan lintas selat," kata Tsai.
"Hanya dengan menghormati desakan rakyat Taiwan pada kedaulatan, kebebasan dan demokrasi, kita dapat melanjutkan interaksi positif di Selat Taiwan," tambahnya.
Tsai juga mengatakan dalam pidatonya bahwa Taiwan adalah "simbol penting" demokrasi di dunia dan rakyatnya bertekad untuk mempertahankan pulau itu.
"Masyarakat internasional sangat jelas bahwa membela keamanan Taiwan sama dengan mempertahankan stabilitas regional dan nilai-nilai demokrasi. Jika kebebasan demokrasi Taiwan dihancurkan, itu akan menjadi kemunduran besar bagi demokrasi di seluruh dunia," katanya.
Dia menegaskan, Taiwan telah memperkuat kesadaran pertahanan nasional, serta memperoleh dan meningkatkan produksi senjata presisi untuk meningkatkan kemampuan perang asimetris, istilah untuk strategi militer untuk melawan militer yang lebih kuat.
Hubungan China dan Taiwan sendiri semakin memanas setelah kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus. Akibat kedatangan tersebut, China meningkatkan taktik tekanan militer di sekitar pulau itu, mengirim jet tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan, perairan yang memisahkan Taiwan dan China.
Selama beberapa dekade, garis tengah telah berfungsi sebagai garis demarkasi informal antara keduanya, di mana serangan militer jarang terjadi.
Sebagai informasi, Republik China memerintah daratan sampai kekalahannya dari Komunis pada akhir perang saudara pada tahun 1949, ketika mundur ke Taiwan.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Momen Tank & Jet Tempur China Mendekat ke Taiwan