Pak Jokowi, Ini Jurus Ampuh Supaya RI Gak Kecanduan Impor LPG

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 06/10/2022 21:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mempunyai program dalam upaya menekan angka ketergantungan terhadap produk impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Beberapa di antaranya seperti proyek jaringan gas kota (jargas) rumah tangga dan kompor listrik.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai perencanaan transisi energi di Indonesia yang tidak matang telah membuat persoalan semakin rumit. Khususnya, di antara perusahaan energi pelat merah.

Misalnya, dengan ekspansi pembangkit listrik 35.000 MW yang dominasi PLTU batu bara telah membuat kapasitas listrik PLN berlebih. Adapun untuk mengurangi kelebihan listrik tersebut, salah satu jalan keluarnya yakni dengan menggenjot program kendaraan listrik dan kompor listrik.


"Sementara Pertamina dan PGN sebagai operator migas punya jalan keluar sendiri, meski mahal di depan, transisi dari LPG impor dilakukan lewat pembangunan pipa jargas," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022).

Bhima menyadari anggaran untuk jargas memang mahal di depan, namun ketika sampai ke konsumen akan lebih murah dibandingkan kompor listrik. Ia pun memandang kebijakan yang dijalankan baik itu PLN, Pertamina dan PGN tidak sinkron terkait transisi energi dan upaya mengurangi impor LPG.

Hal itu juga ditambah dengan arahan dari Kementerian ESDM yang kurang jelas. Terutama, mengenai program mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

"Sekarang kalau PGN jualan jargas, sudah mendapat pendanaan triliunan dari pemerintah, tapi di hilir ada yang jualan program kompor listrik maka jadi kontradiktif," ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah harus membereskan masalah transisi energi dari hulu hingga ke hilir terlebih dahulu.

"Sekarang harusnya bereskan dulu lah masalah transisi energi hulu ke hilir ini, sampai tuntas. Maunya pemerintah kita pakai kompor listrik atau jargas di level rumah tangga atau seperti apa. Masyarakat jangan jadi kelinci percobaan, satu program stop, ganti lagi, terus begitu jadi tidak ada kejelasan," tandasnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), impor LPG RI dalam satu dekade telah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat hingga mencapai 6,34 juta ton pada 2021. Adapun porsi impor LPG pada 2021 telah mencapai 74% dari total kebutuhan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan porsi impor LPG pada 2011 yang "hanya" sebesar 46%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor LPG RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$), meroket 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat US$ 2,58 miliar.

Lonjakan nilai impor LPG tak terlepas dari kenaikan harga LPG di pasar internasional, khususnya Contract Price Aramco (CP Aramco). Apalagi, pasokan LPG Indonesia masih didominasi oleh impor. Lebih dari 70% kebutuhan LPG nasional berasal dari impor.

Padahal di sisi lain, Indonesia memiliki "harta karun" energi lainnya yang bisa menggantikan impor LPG ini. "Harta karun" yang dimaksud di sini yaitu gas alam. Gas alam juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak bagi konsumen rumah tangga, dengan menggunakan jaringan pipa gas.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, pada 2021 pemanfaatan gas domestik "hanya" 66% dari realisasi salur (lifting) gas. Pada 2021, realisasi lifting gas sebesar 981,98 ribu barel setara minyak per hari atau 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Bila pemakaian gas alam ini digencarkan, maka ini bisa berkontribusi menekan impor LPG dan menghemat devisa negara, sambil mengoptimalkan sumber daya alam di dalam negeri.

Berdasarkan data terbaru Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), status per 31 Desember 2021, Indonesia memiliki cadangan terbukti (proven reserves) gas alam sebesar 34,64 triliun kaki kubik (TCF).

Bila digabungkan dengan data cadangan potensial (potential reserves), berdasarkan data Kementerian ESDM status 1 Januari 2021, total cadangan gas RI mencapai 60,61 TCF.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Jajaki Peningkatan Impor LPG dari AS Jadi 60%