
Negara Raja Salman Anti Krisis Saat Dunia Kacau, Ini Datanya

Gelontoran penerimaan dari minyak diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan. Lembaga penelitian Al Rajhi Capital memperkirakan penerimaan Arab Saudi dari minyak diperkirakan menembus SR 754 miliar (Rp 3.052 triliun) pada 2023 sementara dari non-minyak sebesar SR 417 miliar (Rp 1.688 triliun).
Penerimaan sebesar itu dengan menghitung harga minyak mentah brent di kisaran US$ 76 barel. Jika harga minyak mentah di atas kisaran tersebut maka dipastikan Negara Padang Pasir akan semakin bergelimang penerimaan.
Dalam rancangan awal anggaran 2023, pemerintah Arab Saudi mengajukan penerimaan sebesar SR 1,12 triliun sementara belanja SR 1,11 triliun.
Lonjakan harga minyak juga melambungkan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi. Mereka mencatatkan pertumbuhan double digit pada April-Juni atau kuartal II-2022 dengan torehan 12,2% (yoy). Arab Saudi adalah sedikit negara yang sudah mampu membukukan pertumbuhan double digit pada tahun ini selain Vietnam dan India.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi akan mencapai 7% pada tahun ini sementara Economic Intelligence memproyeksikan sebesar 7,5%. Lembaga investasi Jadwa Investment bahkan memproyeksikan Arab Saudi mampu tumbuh 8,7%. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan nilai ekonomi Arab Saudi akan menembus US$1 triliun untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Semua proyeksi tersebut bermuara pada satu kesimpulan yakni Negara Padang Pasir akan mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam 11 tahun terakhir.
Konsumsi, belanja pemerintah, serta investasi di Arab Saudi diperkirakan akan melonjak karena berkah lonjakan harga minyak mentah.
"Kuatnya konsumsi, diperbolehkannya wisata religi (haji dan umrah), serta belanja pemerintah membuat ekonomi Aran Saudi tumbuh tinggi," tulis Bank Dunia dalam laporannya Saudi Arabia's Economic Update - April 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/sef)[Gambas:Video CNBC]