Internasional

Bukan Rusia! Jerman Tunjuk Negara Untung Besar dari Perang

sef, CNBC Indonesia
06 October 2022 08:00
Jerman
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) disebut sebagai salah satu negara yang untung besar dari perang Rusia dan Ukraina. Pasalnya Paman Sam dan sejumlah negara pemasok "gas" mendapat cuan besar dari mahalnya harga gas yang mereka jual.

Pernyataan ini diutarakan langsung Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck. Dalam wawancara dengan media lokal Jerman, NOZ, diterbitkan Rabu ia menyerukan lebih banyak solidaritas dari AS dalam hal membantu sekutunya yang tertekan karena energi di Eropa.

"Beberapa negara, termasuk yang ramah, terkadang memberi harga yang sangat tinggi (untuk gas mereka)," tegasnya sebagaimana dimuat CNBC International mengutip NBC, Kamis (6/10/2022).

"Tentu saja, itu membawa masalah yang harus kita bicarakan," tambahnya.

Bukan hanya AS, ia juga mengkritik Uni Eropa (UE). Menurutnya kelompok itu harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi krisis gas di kawasan.

"Dengan negara-negara berebut pasokan alternatif yang telah menekan harga bahkan lebih, yang disebabkan oleh perang di Ukraina dan memburuknya hubungan dengan Rusia," jelasnya dikutip laman yang sama.

Jerman bergantung dengan gas, sering transisi energi, ke ramah lingkungan. Gas, dibanding energi fosil lain dianggap lebih minim emisi.

Namun, pasokannya yang tergantung Rusia menjadi masalah ketika Kremlin menyerang Ukraina. Sanksi Barat, termasuk Jerman, dibalas dengan seretnya pasokan gas oleh pemerintah Presiden Vladimir Putin.

Pasokan gas melalui pipa Nord Stream I ditekan dengan sejumlah alasan teknis hingga 20% saja. Sementara investasi gas Jerman lainnya senilai US$ 11 miliar, Nord Stream 2, tak kunjung dioperasikan karena sanksi ke Rusia.

Secara total, UE dulu mengimpor sekitar 45% pasokan gasnya dari Rusia. Tetapi kini berusaha untuk menghentikan semua impor guna mendukung Kyiv, yang berdampak pada krisis energi dan naiknya inflasi di kawasan.

"UE harus menyatukan kekuatan pasarnya dan mengatur perilaku pembelian yang cerdas dan tersinkronisasi. Sehingga masing-masing negara UE tidak saling mengalahkan dan menaikkan harga pasar dunia," tambahnya.

Jerman, mencatatkan inflasi sebesar 10% pada September 2022 secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak 1951 yang kala itu sempat mencatatkan angka 11% yoy.

Berdasarkan data awal dari Kantor Statistik Federal Jerman, inflasi tersebut naik tajam dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% yoy. Bahkan, melampaui ekspektasi para ekonom yang meramalkan angka 9,4% yoy.

Adapun, inflasi itu terjadi di tengah krisis energi yang melanda negara tersebut yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Jerman pun mengikuti jejak Belgia yang mencatatkan rekor inflasi sebesar 11,27% yoy pada September 2022.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jerman Kini Status "Waspada", Ini Biang Keladinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular