Internasional

Apa yang Terjadi Jika Raja Salman Meninggal? Ini Jawabnya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 06/10/2022 12:10 WIB
Foto: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (REUTERS/Tomohiro Ohsumi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Said merupakan penjaga situs paling suci umat Islam. Ia menjadi penguasa pada 2015 setelah menghabiskan lebih dari 2,5 tahun sebagai putra mahkota.

Namun pria berusia 86 tahun itu telah dirawat di rumah sakit beberapa kali selama dua tahun terakhir karena berbagai penyakit. Dalam beberapa kesempatan internasional, Raja Salman mulai absen dan digantikan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Bila Raja Salman meninggal dunia, apa yang akan terjadi? Berikut jawabannya mengutip dari berbagai sumber, Kamis (6/10/2022).


MBS Naik Takhta

Setelah kematian Raja Salman, Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang menjadi ahli waris akan ditunjuk sebagai penggantinya. Belum lama ini MBS diangkat sebagai perdana menteri negara tersebut. Hal itu diumumkan resmi melalui dekrit pada September lalu.

Ini semakin menguatkan kekuasaan MBS, yang sebelumnya telah menjadi pemimpin de facto negara itu. Sebelum menjadi PM, ia menjabat sebagai menteri pertahanan.

Pria berusia 37 tahun itu juga sempat menjabat sebagai kepala pengadilan putra mahkota. Lalu wakil putra mahkota dan presiden dewan ekonomi pembangunan.

MBS diketahui telah mengubah Arab Saudi secara radikal sejak naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2017. Ia memimpin upaya untuk mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungannya pada minyak, memungkinkan perempuan untuk mengemudi dan membatasi kekuasaan ulama.

Reformasinya, disebut Reuters, juga diiringi tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Di mana sejumlah aktivis, bangsawan, dan pengusaha dipenjara.

Namun pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat kerajaan di Istanbul pada 2018 juga telah menodai reputasinya. Ini membuat renggang hubungan kerajaan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat lainnya.

Image Baru Arab Saudi

Sejak menjadi penguasa de facto dari produsen minyak terbesar dunia lima tahun lalu, MBS memang telah mengguncang kerajaan konservatif dengan reformasi yang berputar-putar. Sambil, meniadakan segala ancaman terhadap statusnya.

Laporan France24 menulis jika MBS dikenal karena ambisinya yang sangat besar, mulai dari membangun megacity futuristik yang dikenal sebagai NEOM. Hingga mengobarkan perang tujuh tahun di negara tetangga Yaman.

MBS sejauh ini telah mengawasi transformasi terbesar dalam sejarah modern Arab Saudi. Di bawah pemerintahannya, kekuatan polisi agama kerajaan telah dicabut, bioskop telah dibuka kembali, dan turis asing telah disambut.

Arab Saudi telah menggelar festival film, opera, Grand Prix Formula 1. Tinju kelas berat juga ada, termasuk gulat profesional dan festival rave terbesar.

Ia juga telah melonggarkan pembatasan hak-hak perempuan, memungkinkan mereka untuk mengemudi, menghadiri acara olahraga dan konser bersama laki-laki. Bahkan, mendapatkan paspor tanpa persetujuan wali laki-laki.

Nasib Produksi Minyak

Di tengah krisis energi global, MBS telah mengerahkan pasokan minyak Arab Saudi yang melimpah sebagai senjata dalam pertempurannya untuk mendapatkan kembali posisinya di panggung dunia. 

Jika ia menjadi raja, MBS diprediksi semakin meningkatkan produksi minyak negaranya, sebab ia tahu bahwa saatnya telah tiba untuk tawar-menawar dengan dunia dari posisi yang kuat melalui industri tersebut.

Hubungan dengan Israel

Madawi al-Rasheed, profesor tamu di Middle East Institute of the London School of Economics, mengatakan MBS nantinya diprediksi akan mempercepat hubungan keamanan dan ekonominya dengan Israel. Ini akan menjadi awal dari normalisasi, yang akan menyenangkan banyak orang di Barat.

"Namun saat ini MBS tampaknya tidak terburu-buru untuk menyambut kedutaan resmi Israel di Riyadh. Dia tidak perlu melakukannya saat ini, karena semua urusan perdagangan dan keamanannya dengan Israel adalah rahasia umum. Tidak ada terburu-buru dari sudut pandangnya, tapi mungkin masalah ini lebih mendesak bagi Israel," kata Madawi, dikutip dari Middle East Eye.

Kerja Sama dengan AS

Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi makin dekat melalui penandatanganan 18 perjanjian kemitraan di berbagai bidang, mulai dari energi, komunikasi, antariksa hingga layanan kesehatan dalam pertemuan bilateral pada Juli 2022 lalu.

Arab Saudi berkomitmen untuk meningkatkan produksi minyak pada Juli dan Agustus. Hal itu akan membantu menstabilkan pasar secara signifikan.

Dalam pertemuan tersebut, AS mengatakan, pihaknya menyambut baik penandatanganan Kerangka Kemitraan Bilateral untuk memajukan energi bersih. Melalui investasi baru Saudi dan mempercepat transisi energi dan memerangi dampak perubahan iklim.

Kerangka kerja tersebut berfokus terutama pada tenaga surya, hidrogen hijau, nuklir, dan inisiatif energi bersih lainnya. Perjanjian yang ditandatangani ini termasuk dengan perusahaan antariksa dan pertahanan AS, Boeing dan Raytheon.

Selain itu, juga penandatanganan dengan perusahaan-perusahaan layanan kesehatan seperti Medtronic, Digital Diagnostics, dan IQVIA, seperti yang dilaporkan kantor berita negara Saudi (SPA). Kerja sama dengan AS ini diprediksi akan makin kencang ketika MBS menjabat sebagai raja nantinya


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Kunjungan Luar Negeri, Pangeran MBS Jadi Tujuan Pertama