Internasional

'Kiamat' Batu Bara di Depan Mata, Ada Kabar Buruk dari Jerman

sef, CNBC Indonesia
04 October 2022 17:00
Jerman
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan energi Eropa masih menunjukkan komitmennya untuk menghapus penggunaan energi fosil. Salah satunya raksasa energi Jerman, RWE.

Perusahaan memajukan target keluar dari penggunaan batu bara ke 2030. Ini terjadi di tengah krisis energi yang tengah melanda Eropa saat ini.

"Karena lebih banyak batu bara dibutuhkan dalam jangka pendek, sehingga mengarah pada peningkatan emisi karbon dioksida, kita akan butuh untuk keluar dari batu bara lebih awal," kata Kepala Eksekutif RWE Markus Krebber, Selasa (4/10/2022) dikutip AFP.

"Ini adalah satu-satunya cara untuk terus mencapai tujuan perlindungan iklim negara itu," tambahnya dalam konferensi pers itu.

"Kami, sebagai RWE, memberikan kontribusi yang signifikan untuk ini, di mana kami akan mengakhiri pembangkit listrik berbasis batu bara pada tahun 2030," jelasnya lagi.

Perlu diketahui, Jerman sebenarnya telah menghentikan sejumlah pembangkit listrik tenaga batu baranya (PLTU) beberapa tahun belakangan. Namun serangan Rusia ke Ukraina telah membalik keadaan.

Moskow mengurangi ekspor energi utama ke Jerman. Ini akibat dukungan Berlin ke sanksi sebagai pembalasan invasi tersebut.

Per 31 Juli, Jerman akhirnya mengaktifkan lagi sejumlah PLTU. Padahal mempercepat transisi dari energi batu bara ke terbarukan menjadi salah satu janji pemerintah Kanselir Olaf Scholz saat terpilih di 2021.

Norwegia

Sementara itu sebelumnya, tekanan pada batu bara cs juga dilakukan Norwegia September lalu. Badan usaha pengelola investasi negara Norwegia, Norway Government Pension Fund Global, akan mewajibkan 9.000 perusahaan tempatnya berinvestasi untuk mencapai nol emisi karbon pada 2050.

"Kami menetapkan target emisi nol bersih paling lambat tahun 2050 untuk semua perusahaan," kata kata petinggi Norges Bank Investmen Management, lembaga yang mengatur SWF tersebut di bawah pemerintah dan kementerian keuangan, Carine Smith Ihenacho.

Menurut panel ahli iklim PBB, IPCC, netralitas karbon di 2050 adalah keharusan. Ini guna membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris.

Namun, badan itu sendiri mengaku baru 10% perusahaan-perusahaan tempatnya berinvestasi yang telah menetapkan netralitas karbon. Karenanya aturan akan lebih ketat diterapkan.

"Kami akan terlibat dengan perusahaan untuk mencapai target ini dengan menetapkan target awal yang kredibel dan membuat rencana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca langsung dan tidak langsung mereka," tambahnya saat mengumumkan rencana aksi iklim baru dana tersebut.

Dana tersebut dilarang diinvestasikan ke sektor yang membuat kerusakan lingkungan atau iklim yang serius. Termasuk dalam hal ini industri batu bara.

"Keberlanjutan adalah prasyarat untuk pengembalian yang baik di masa depan," kata Wakil Gubernur Bank Sentral Norwegia Oystein Borsum, lembaga lain yang mengawasi dana tersebut.

Sovereign wealth fund (SWF) dengan dana kelola terbesar dunia tersebut setidaknya telah menyalurkan US$ 1.200 miliar di 70 negara. Akibat krisis energi, Noble Resources memperkirakan impor batu bara Eropa pada 2022 akan menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu empat tahun terakhir, mencapai 996 juta ton pada tahun ini.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gas Terbatas, Jerman Pakai Batu Bara Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular