Internasional

Hindari 'Malapetaka' Inflasi, Eropa Siapkan Rencana Khusus

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 October 2022 14:45
Christine Lagarde, President of the European Central Bank (ECB) looks on during a press conference on Governing Council meeting focused on monetary policy in the euro zone in Amsterdam on June 09, 2022. (Photo by JOHN THYS / AFP) (Photo by JOHN THYS/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde. (Photo by JOHN THYS/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para menteri keuangan (menkeu) negara-negara zona Euro menjanjikan dukungan sementara secara nasional agar tidak memicu spiral harga upah yang meningkatkan rekor inflasi.

Mengutip Reuters, pernyataan dari menteri keuangan dari 19 negara muncul setelah Jerman mendapat kritik dari beberapa ibu kota dan lembaga Uni Eropa karena secara sepihak mengumumkan paket dukungan 200 miliar euro (Rp 3.000 triliun) untuk perusahaan dan rumah tangganya.

Paket dukungan Jerman jauh lebih besar dari 67 miliar euro (Rp 1.005 triliun) yang diumumkan oleh Prancis atau 68 miliar euro (Rp 1.020 triliun) yang direncanakan oleh Italia.

Sementara dukungan itu disambut baik di Jerman dan oleh pasar keuangan, hal itu juga menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Uni Eropa lainnya yang tidak mampu mengucurkan dana sebanyak itu.

"Mengingat pengaruh kuat di pasar energi Eropa, kami akan mengkoordinasikan langkah-langkah kami untuk menjaga level playing field dan integritas pasar tunggal, termasuk dengan menahan diri dari penyesuaian pajak yang berbahaya," kata pernyataan itu, dikutip Selasa (4/10/2022).

"Kita harus berusaha menghindari kejutan harga energi untuk berkembang menjadi efek putaran kedua dan percepatan inflasi yang lebih gigih," tambah. pernyataan itu.

Referensi inflasi mengacu pada Bank Sentral Eropa, yang berusaha mengekang rekor pertumbuhan harga yang cepat dengan serangkaian kenaikan tajam suku bunga akibat inflasi mencapai 10% di zona Euro.

Ukuran total bantuan pemerintah zona euro untuk perekonomian, yang sudah melebihi setengah triliun euro, bertentangan dengan upaya ECB. Dukungan itu disebut memompa lebih banyak uang ke dalam perekonomian dan mendistorsi sinyal harga dari pasar.

Untuk mempertahankan persaingan yang adil dan mengurangi risiko kegagalan pasar, beberapa pejabat zona Euro melontarkan gagasan pinjaman bersama UE baru sebagai tanggapan bersama krisis energi. Tetapi beberapa negara utara menentang gagasan itu.

Untuk mengatasi skeptisisme, beberapa pejabat mengatakan rencana tersebut dapat dimodelkan pada rencana dukungan pengangguran dari pandemi Covid-19, yang meneruskan pinjaman tunai bersama kepada pemerintah sebagai pinjaman murah daripada hibah.

Komisi juga menunjukkan bahwa pemerintah UE masih dapat mengambil 225 miliar euro pinjaman murah yang tidak digunakan dari dana pemulihan pascapandemi UE dan menggunakannya untuk menangani krisis energi.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Terpecah, 11 Negara Sepakat Perkuat Kerja Sama Nuklir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular