Dunia Kini Berkecamuk, Biang Keroknya Banyak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramal kondisi perekonomian secara global dapat memburuk lebih cepat. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, ada sederet faktor yang menjadi biang kerok situasi tersebut.
"Sehingga globalisasi yang sudah membantu perekonomian global untuk tumbuh cepat menjadi hilang momentumnya, sehingga yang terjadi sekarang bisa dikatakan ada deglobalisasi," kata Mahendra secara virtual, Selasa (4/10/2022).
Mahendra menjabarkan, kendala pemulihan tersebut juga merupakan ekor dari pandemi Covid-19. Masih ada banyak sektor industri yang belum dapat menormalisasikan produksinya pada saat terjadinya lonjakan permintaan yang luar biasa besar.
"Sehingga pada saat permintaan tumbuh cepat terjadi gap atau ketidakseimbangan antara produksi yang dihasilkan dengan permintaan yang meningkat tinggi hingga inflasi yang meningkat tajam," imbuhnya.
Kemudian, gejolak geopolitik turut membumbui di tengah ketidakseimbangan suplai chain dan lonjakan inflasi. Mulai dari perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dan China, hingga perang Ukraina yang kemudian merembet dari semula geopolitik menjadi persoalan geoekonomi.
"Geoekonomi itu ada persaingan antara ekonomi-ekonomi utama dunia karena kepentingan politik," ungkapnya.
Deglobalisasi inilah yang tadinya diharapkan untuk memberikan keseimbangan pasokan dan permintaan tersebut justru memperparah kondisi dunia.
"Produksi-produksi yang semula diproduksi di negara utara, di barat, Eropa, mereka tak mau lagi bergantung terlalu banyak pada RRT. Mereka mau bikin produksinya sendiri. Akibatnya apa yang sudah sulit sebelumnya semakin sulit sehingga keterbatasan semakin parah," jelasnya.
Mahendra melanjutkan lebih jauh, selama pandemi, pengelolaan perekonomian di negara barat bisa dikatakan tidak hati-hati. Banyak pemerintah di berbagai negara menerapkan alokasi belanja negara selama pandemi secara besar-besaran. Bahkan, tingkat bunga negatif yang menyebabkan uang beredar begitu besar.
"Lagi-lagi yang meningkatkan belanja yang begitu besar bahkan diteruskan pasca pendemi. Jadi sekarang kita berhadapan dengan persoalan tadi itu. Ekor dari pandemi, laku gap antara pasokan dengan permintaan karena adanya geopolitik itu dan kondisi pengelolaan ekonomi yang buruk," ujarnya.
Dengan demikian, Mahendra menyebut, saat ini dunia berhadapan dengan stagflasi, yaitu gabungan antara stagnasi dan inflasi.
(rob/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi