
Haiti Chaos! Demonstrasi Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Jakarta, CNBC Indonesia - Polisi di Haiti dilaporkan menembakkan gas air mata ke ribuan pengunjuk rasa yang berbaris di beberapa ruas jalan Port-au-Prince, ibu kota negara tersebut, Senin (3/10/2022).
Rekaman Reuters menunjukkan seorang pria dibawa dengan tandu setelah menderita cedera kaki. Di saat yang sama, polisi menembakkan gas air mata dan senjata ke udara untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Unjuk rasa dilakukan untuk melawan pemerintah Perdana Menteri Ariel Henry dan penanganannya dalam krisi bahan bakar dan kenaikan harga.
Bulan lalu Henry mengumumkan blokade geng pelabuhan bahan bakar utama Haiti atas kenaikan harga bahan bakar. Akibat keputusan ini, Haiti kekurangan energi, sehingga memaksa beberapa rumah sakit ditenagai oleh generator diesel. Transportasi dan sejumlah aktivitas warga pun terpaksa terhenti.
"Jika perdana menteri memecahkan ketidakamanan dan kelaparan, jika dia dapat memecahkan masalah geng di negara ini dan mengelola krisis, tidak akan ada masalah dalam memulai kembali kelas," kata seorang pengunjuk rasa yang mengidentifikasi dirinya sebagai Wilgens mengatakan kepada Reuters.
"Jika dia tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, dia harus meninggalkan kekuasaan dan menyerahkannya kepada orang yang tepat," tambahnya.
Pemrotes lain, Marckenson, menyerukan agar Henry mundur. "Ariel tidak punya harga diri untuk membuka sekolah. Kami akan membuka sekolah dan Ariel harus pergi." katanya.
Dalam sebuah pernyataan kepada PBB seminggu setelah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar, Henry mengakui hak orang untuk memprotes kenaikan harga tetapi mengutuk penyelenggara penjarahan, vandalisme, dan kekerasan.
"Cepat atau lambat mereka harus mempertanggungjawabkan kejahatan mereka di hadapan sejarah dan hukum," kata Henry.
Protes itu terjadi sehari setelah menteri kesehatan Haiti mengatakan sedikitnya tujuh orang telah meninggal karena kolera. Ini menunjukkan lebih banyak masalah dengan akses ke air minum bersih di negara termiskin di Amerika. Wabah penyakit ini menewaskan sekitar 10.000 orang pada tahun 2010.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Sri Lanka, Negara Ini Juga Chaos dan Krisis Energi