
Bukan Sri Lanka, Negara Ini Juga Chaos dan Krisis Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Haiti saat ini mengalami krisis bahan bakar dan energi yang cukup parah. Pasalnya, aktivitas gangster di negara itu mulai mengganggu jalur distribusi bahan bakar di seluruh pelosok negeri.
Direktur Administrasi utilitas listrik publik negara itu (EDH), Jose Davilmar mengatakan gangster sudah mulai beberapa jalur jalanan dan pelabuhan. Terbaru, ada tiga kapal tak mampu berlabuh karena dihalangi oleh geng kriminal.
"Baru-baru ini, tiga kapal bermuatan bahan bakar tidak dapat berlabuh karena ada pembalasan oleh bandit di Cite Soleil," terangnya, dikutip AFP, Kamis (21/7/2022).
Hal ini pun mulai memicu keluhan masyarakat. Di wilayah Jeremie, sebuah kota pesisir di ujung barat daya Haiti, pompa bensin mengaku telah kehabisan bahan bakar selama berbulan-bulan.
Krisis ini pun mendorong penduduk beralih ke pasar gelap, di mana bensin dan solar tersedia dengan harga enam kali lipat dari tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Anda dapat menemukan bahan bakar di mana-mana, kecuali di pompa bensin," kata seorang profesor hukum, Yvon Janvier.
Dengan sedikit bahan bakar legal yang tersedia, dan melonjaknya harga pasar gelap, penduduk Jeremie yang tidak mampu membelinya pun terpaksa melakukan perjalanan dengan berjalan kaki.
"Sebagian besar energi di Haiti dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga diesel, jadi ini sangat sederhana: tidak ada bahan bakar, tidak ada listrik," tambah Javier.
Selain di Jeremie, krisis juga dilaporkan di kota Jacmel. Salah satu warga yang juga seorang pelukis terkenal, Joseph Stevenson, bahkan harus bertanya kepada tetangganya untuk mengetahui siapa yang memiliki daya listrik untuk membantunya mengisi baterai gawainya.
"Kadang-kadang saya harus pergi jauh-jauh ke pusat kota untuk mendapatkan beberapa persen dari tagihan. Bisakah Anda bayangkan itu, di abad ke-21?," kata pelukis itu.
Sementara itu, krisis bahan bakar pun ikut menghambat aktivitas Rumah Sakit dan restoran. Di Cap-Haitien, kota terbesar kedua di Haiti, bar dan restoran yang dilengkapi dengan generator dapat tetap buka, tetapi telah mengurangi jam operasinya karena kenaikan harga gas.
"Rumah sakit bekerja lebih lambat dengan layanan yang berkurang karena sudah hampir enam bulan sejak EDH menyediakan listrik di kota," kata walikota wilayah itu, Patrick Almonor.
Perkembangan geng kriminal di Haiti sendiri semakin meresahkan. Di wilayah distrik Cite Soleil yang berada di ibu kota Port-au-Prince, setidaknya 234 orang tewas dan terluka sejak awal Juli akibat perang geng.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 9 Negara Ini Dihantam Krisis Energi, RI Termasuk?