
Negara Ini 'Kiamat' Air, Warga Terancam Mati Kehausan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan warga di Haiti terancam menghadapi kekurangan air dan mati kehausan. Hal ini lantaran distribusi penyediaan air terhambat lantaran adanya kerusuhan di negara tersebut karena adanya protes kenaikan harga bahan bakar selama berhari-hari.
Dilaporkan Reuters, banyak penduduk di Ibukota Haiti, Port-au-Prince, terpaksa memilih berlindung di rumah Minggu ini ketika tembakan meletus dan ban yang terbakar memblokir jalan-jalan selama protes kenaikan harga bahan bakar dan kejahatan.
Hal itu tentunya memperlambat atau menghentikan perusahaan yang biasanya mengirimkan air di kota di mana suhu tertinggi harian mencapai 34 derajat celcius (93 derajat Fahrenheit).
Banyak yang mengambil keuntungan dari gencatan senjata setengah hari yang diharapkan untuk bergegas ke pusat-pusat distribusi untuk menimbun persediaan air dan gas memasak selama beberapa hari, yang juga mengalami kekurangan di banyak tempat.
Kekhawatiran akan datangnya badai tropis Fiona juga memicu terburu-buru untuk mendapatkan air. Para peramal cuaca mengatakan hujan badai terberat lebih mungkin melanda Republik Dominika di sebelah timur pulau Hispaniola. Baca selengkapnya
Jean-Denis Sévère, penduduk Fort National, mengatakan banyak yang harus menempuh perjalanan bermil-mil untuk mengisi ember dan botol, lalu membawanya pulang.
"Saya tinggal di Fort National, karena ada blokade di negara ini, kami datang ke sini untuk membeli air. Jika bukan karena tempat-tempat ini, kami akan mati kehausan," katanya.
Kerusuhan terbaru di negara itu terjadi ketika inflasi melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade dan kekerasan geng telah menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan mengungsi, dengan sebagian besar wilayah Haiti di luar jangkauan pemerintah.
Richardson Adrien, seorang penduduk Port-au-Prince, mengatakan kepada Reuters bahwa kurangnya air minum hanyalah sakit kepala terakhir. Warga dalam beberapa bulan terakhir juga berjuang untuk menemukan bahan bakar, membuat beberapa tidak dapat bekerja.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Sri Lanka, Negara Ini Juga Chaos dan Krisis Energi