Atasi Momok 'Ngeri' di RI, Airlangga Siapkan Jurus Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto ikut berkomentar soal momok inflasi. Dia pun mendorong semua pihak untuk melakukan extra effort untuk mengatasi momok tersebut.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17% (month to month/mtm). Ini adalah rekor inflasi tertinggi bulanan sejak Desember 2014.
Sementara itu, inflasi IHK September 2022 tercatat 5,95% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy). Laju inflasi tahunan ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Airlangga mengungkapkan data realisasi inflasi Indonesia pada September yang tercatat sebesar 5,95% (yoy), masih cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara yang relatif tinggi.
"Angka realisasi September ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan awal maupun konsensus Bloomberg yang sebesar 6,00% (yoy)," kata Airlangga, dikutip Selasa (4/10/2022).
Masih terkendalinya inflasi September ditopang oleh deflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food) sebesar -0,79% (mtm) berkat extra effort yang dilakukan pemerintah seperti gerakan tanam pangan, operasi pasar dan subsidi ongkos angkut.
"Secara bulanan, inflasi September terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan, dan solar. Namun demikian, tekanan inflasi masih bisa tertahan oleh penurunan harga aneka komoditas hortikultura seperti bawang merah dan aneka cabai", ujar Airlangga.
Mengutip data BPS, penyesuaian harga BBM tersebut juga mendorong adanya kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota dengan andil inflasi 0,09%, tarif angkutan antar kota yang andil inflasinya mencapai 0,03%, tarif angkutan roda 2 online dengan andil 0,02% dan tarif angkutan roda 4 online dengan andil sebesar 0,01%.
Airlangga melihat inflasi tarif angkutan diperkirakan masih akan dirasakan pada bulan Oktober, melihat beberapa daerah belum melakukan penyesuaian tarif.
"Namun diharapkan dampaknya tidak akan terlalu besar, mempertimbangkan daerah mulai dapat menjalankan program pengendalian inflasi termasuk bantuan di sektor transportasi maupun logistik, dari penggunaan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) maupun belanja wajib 2% Dana Transfer Umum (DTU)," tegasnya.
Lebih lanjut, Airlangga menyoroti harga beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04%. Dia menyadari bahwa harga beras terus meningkat dalam tiga bulan terakhir.
Oleh karena itu, dia menghimbau seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat.
[Gambas:Video CNBC]
Awas! Jokowi Sebut 3 'Biang Kerok' yang Bakal Kerek Inflasi
(haa/haa)