BI Angkat Bicara Soal 'Momok' yang Ditakutkan Jokowi
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17% (month to month/mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm). Angka ini adalah rekor inflasi tertinggi sejak Desember 2014.
Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok volatile food. Pemicu utamanya adalah kenaikan Pertalite dan Solar subsidi.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK September 2022 tercatat 5,95% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy). Laju inflasi tahunan ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menilai kenaikan inflasi sejalan dengan perkiraan, khususnya setelah penyesuaian harga BBM yang berdampak ke harga barang lain.
"Kenaikan inflasi ini sudah dimitigasi secara pre-emptive, front loading dan forward looking dengan respons bauran kebijakan BI," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (4/10/2022).
Selain itu, koordinasi dengan pemerintah melalui Tim Penanggulangan Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) serta Gernas Pengendalian Inflasi Pangan akan terus dilakukan.
Dengan demikian, Dody menegaskan BI yakin inflasi diproyeksikan akan kembali ke kisaran sasarannya pada paruh kedua 2023.
Ke depan, BI melihat tekanan inflasi IHK diprakirakan meningkat, akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, serta menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan masih tingginya harga energi dan pangan global.
Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 4%.
(haa/haa)