Sinyal Kuat dari Bos BI, Kenaikan Suku Bunga Segera 'Ending'

News - Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
30 January 2023 14:41
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia) Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga acuan sebesar 225 basis points (bps) telah mencukupi untuk menurunkan inflasi inti. Saat ini, suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate mencapai 5,75% (year-on-year/yoy).

Menurut Perry, pihaknya sudah sangat jelas menegaskan bahwa BI menaikkan suku bunga sebesar 225 bps dimaksudkan untuk menurunkan inflasi inti.

"Pada RDG kemarin (Januari) sudah jelas bahwa 225 basis points ini memadai. Itu jelas sekali. Tidak ada kata-kata yang lebih transparan dengan arah kebijakan, forward guidance-nya jelas," kata Perry dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Pernyataan Perry ini diperkuat dengan pandangan BI terhadap stabilitas rupiah ke depannya. BI melihat rupiah akan menguat ke depannya dan bank sentral akan terus menjaga penguatan tersebut dengan mengoptimalkan lalu lintas devisa.

Tidak hanya dalam rangka stabilitas rupiah, penguatan ini untuk memperkuat ketahanan eksternal dan ekonomi Indonesia. Ini bukan kali pertama, Perry memberikan sinyal berakhirnya era kenaikan suku bunga acuan.

Dalam RDG BI bulan ini, Perry menjelaskan hal serupa. Dia menggunakan kata 'memadai' untuk mengambarkan kenaikan suku bunga sejak tahun lalu.

Dia mengatakan kata 'memadai' artinya suku bunga ini akan cukup untuk memastikan inflasi inti terjangka di kisaran 3% plus minus 1% atau di bawah 4%.

BI memperkirakan inflasi inti pada Semester I-2023 akan lebih rendah dari 4%. Bahkan, Perry yakin perkiraan BI tidak akan mencapai 3,75%. Sementara itu, laju inflasi mencapai 5,51% pada akhir 2022. Laju ini jauh lebih rendah dari perkiraan awal Bank Indonesia yang berada di kisaran 6%.

Sementara itu, rupiah minggu ini terus meninggalkan level Rp 15.000 per dolar AS. Derasnya aliran modal asing di pasar uang, SBN dan saham, membuat rupiah menguat.

Rupiah sepanjang pekan lalu mampu menguat 0,6% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.980/US$. Dengan demikian, rupiah sukses mencatat penguatan 3 pekan beruntun, dan mencapai level terkuat dalam 3 bulan terakhir.

Pada pekan ini, rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan. Bahkan bisa menembus Rp 14.700/US$. Syaratnya, bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (2/2/2022) dini hari waktu Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%, dan membuka peluang pemangkasan di tahun ini.

Hari ini, Senin (30/1/2023), rupiah dibuka menguat 0,13% ke Rp 14.960/US$. Namun, siang ini rupiah berbalik melemah 0,13% menjadi Rp 19.978/US$.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Siap-siap Suku Bunga Acuan Ikut Harga BBM: Nanjak!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading