
Krisis Makin Ngeri, Eropa Benar-Benar Terancam Kedinginan

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) dilanda kekhawatiran jelang musim dingin mendatang seiring dengan krisis energi yang menghantam kawasan tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Komisaris UE untuk Energi Kadri Simson setelah melakukan pertemuan dengan para menteri energi Uni Eropa, Jumat (30/9/2022)
"Para menteri khawatir, seperti saya, bahwa ini tidak akan menjadi musim dingin yang mudah bagi kami, dan musim dingin berikutnya akan lebih sulit lagi," katanya, seperti dikutip Russia Today.
Adapun, pertemuan itu dimaksudkan untuk mengatasi harga gas yang meroket di Eropa dan untuk mengembangkan paket tindakan darurat yang bertujuan membantu rumah tangga dan bisnis Eropa di tengah krisis.
Langkah-langkah yang disepakati termasuk membatasi pendapatan perusahaan energi dan mendistribusikan kelebihan keuntungan kembali ke konsumen. Rencana tersebut juga mengatur penghematan energi wajib, yang mengharuskan anggota Uni Eropa untuk memotong permintaan energi selama jam sibuk sebesar 5% dan menyarankan pengurangan 10% dalam penggunaan listrik secara keseluruhan.
Namun, para menteri gagal menyepakati batas harga gas alam grosir, yang merupakan salah satu tuntutan utama yang dikeluarkan kepada Komisi Eropa oleh sekelompok 15 negara anggota UE menjelang pertemuan.
Dalam sebuah surat bersama, kelompok tersebut berpendapat bahwa pembatasan harga adalah satu-satunya ukuran yang dapat membantu blok tersebut "mengurangi tekanan inflasi, mengelola ekspektasi, dan menyediakan kerangka kerja jika terjadi potensi gangguan pasokan."
Sementara itu, Komisi Eropa belum sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan pembatasan harga gas alam dan Komisi telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu akan melemahkan kemampuan blok tersebut untuk mengamankan pasokan gas di pasar global. Masalah ini dilaporkan akan dibahas di kemudian hari, menurut Menteri Energi Lithuania Dainius Kreivys.
Karena pengiriman gas Rusia ke UE telah menurun sebanyak 48% tahun ini, menurut Gazprom, inflasi di zona Euro sejak itu mencapai dua digit, yakni 10% untuk pertama kalinya dalam sejarah baru-baru ini. Dikhawatirkan situasinya akan makin memburuk setelah jaringan pipa Nord Stream Rusia mengalami kerusakan dalam dugaan tindakan sabotase awal pekan ini, yang akan sangat membatasi pengiriman gas potensial ke blok tersebut dalam waktu dekat.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Krisis Energi Hantam Eropa, Kerusuhan di Depan Mata
