Duh, Proyek yang Bisa Tekan Impor LPG Ini Macet Gegara Covid
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya mengurangi tingkat ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang terus membebani keuangan negara. Salah satunya yaitu dengan program pembangunan jaringan gas kota (jargas).
Berbeda dengan LPG yang pemenuhannya didominasi dari impor, jaringan gas kota justru memanfaatkan gas bumi yang diproduksi di dalam negeri. Gas akan dialirkan melalui pipa ke konsumen, termasuk konsumen rumah tangga. Dengan demikian, warga yang tersambung pipa gas ini bisa mengganti konsumsi LPG ke gas alam.
Namun demikian, pembangunan jargas ini rupanya sempat terkendala akibat pandemi Covid-19. Pasalnya, anggaran pembangunan jargas dari negara juga turut terpangkas karena dialihkan untuk biaya penanggulangan Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
"Kemarin agak terganggu karena anggaran Covid-nya terbatas. Coba untuk BBM saja kita hilang berapa itu, Rp 30 triliun bisa masang jargas berapa itu," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (30/9/2022).
Menurut Arifin, program jargas sendiri nantinya akan tetap berjalan. Pemerintah bakal memetakan wilayah mana saja yang strategis untuk dipasang jargas.
"Supaya memang agar cepat aja pelaksanaannya," kata dia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, hingga akhir 2021 jaringan gas kota telah tersambung kepada 126.876 sambungan rumah tangga di 21 kabupaten/kota.
Sementara untuk 2022 ditargetkan "hanya" ada tambahan sebesar 40.000 sambungan rumah tangga.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, impor LPG RI setiap tahunnya terus meningkat. Pada 2021 misalnya, impor LPG mencapai 6,34 juta ton atau sekitar 74% dari kebutuhan 8,55 juta ton. Pada 2015 impor LPG tercatat "hanya" 4,24 juta ton atau 66% dari kebutuhan 6,38 juta ton.
Sementara itu, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sendiri menargetkan pembangunan jargas sebesar 400.000 Sambungan Rumah (SR) pada 2022. Adapun guna menggenjot target itu perusahaan turut menggandeng PT Inti.
Kerja sama tersebut berkaitan dengan pengadaan smart meter atau unit meteran gas yang berfungsi untuk mengukur dan mencatat pemakaian gas bumi oleh pelanggan secara otomatis.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Achmad Muchtasyar menjelaskan terobosan ini dilakukan untuk mengimplementasi digitalisasi pada perhitungan pemakaian gas bumi yang dapat langsung terhubung dengan sistem billing terintegrasi PGN.
Unit meteran gas yang berteknologi tinggi ini pun dapat diimplementasikan dalam model pembayaran pra bayar (prepaid) maupun pasca bayar (post paid).
"Smart meter akan menggantikan pencatatan meter manual oleh petugas PGN untuk rumah tangga maupun UMKM. Dengan menggunakan produk dalam negeri dalam menunjang pembangunan jargas, diharapkan bisa meningkatkan pemanfaatan TKDN minimal 45%," ujar Achmad, dalam keterangan tertulis dikutip Jumat (30/9/2022).
Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz mengungkapkan bahwa segmen rumah tangga merupakan segmen pelanggan yang kontribusi jumlah dan pertumbuhan paling besar bagi PGN. Sampai dengan Triwulan 2 2022, jargas telah terealisasi sebanyak 711.179 SR yang tersebar di 17 provinsi, 67 kota/ kabupaten.
"Implementasi smart meter tetap menjamin pengukuran pemakaian gas tercatat secara realtime dan akurat dan pelanggan dapat mengakses hasil pengukuran melalui aplikasi PGN Mobile. Dari pencatatan otomatis ini, juga dapat mempermudah pengelolaan keuangan keluarga terkait tagihan gas setiap bulannya," jelas Faris.
(wia)