Beneran Harga BBM Bakal Turun Besok? Ini Kata Pertamina-Shell

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
30 September 2022 16:40
TOPIK_MAJU MUNDUR BBM
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia sejak Agustus 2022 telah menunjukkan tren penurunan di bawah US$ 100 per barel. Bahkan, beberapa hari lalu harga minyak sempat turun ke bawah US$ 80 per barel.

Pada perdagangan Jumat (30/09/2022) siang waktu Indonesia, harga minyak mentah dunia jenis Brent terlihat masih di kisaran US$ 89 per barel, sedangkan light sweet atau West Texas Intermediate berada di kisaran US$ 82 per barel.

Dengan turunnya harga minyak mentah dunia ini apa artinya badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) juga akan menurunkan harga jual BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mereka mulai besok, 1 Oktober 2022? Seperti diketahui, biasanya badan usaha melakukan penyesuaian harga setiap tanggal 1 di setiap bulannya.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting pun buka suara terkait isu ini. Irto mengatakan, kemungkinan penyesuaian harga BBM non subsidi memang ada. Namun sayangnya, dia enggan menyebutkan secara spesifik apakah penyesuaian ini termasuk harga Pertamax (RON 92).

"Untuk BBM Non Subsidi kemungkinan penyesuaian tentu ada. Ini sudah dibuktikan pada harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex pada awal September lalu yang mengalami penurunan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/09/2022).

Dia menjelaskan, sebagai Jenis Bahan Bakar Umum (JBU) atau BBM non subsidi yang pengaturan harganya diatur dalam Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU), Pertamina selaku badan usaha juga akan mengevaluasi harga jual BBM non subsidinya setiap bulan.

Namun di sisi lain, selain faktor harga minyak mentah, ada faktor lain yang juga menjadi pertimbangan penentuan harga BBM, antara lain nilai tukar (kurs), Mean Of Platts Singapore (MOPS), dan lainnya.

"Karena faktor-faktor tersebut juga menjadi pertimbangan untuk menentukan harga selain harga minyak mentah," tandasnya.

Selain Pertamina, pihak Shell Indonesia pun turut berkomentar.

VP Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menjelaskan Shell mengatakan pihaknya masih mencermati kondisi pasar terkait harga minyak dunia.

"Namun dapat kami sampaikan bahwa penetapan harga BBM Shell dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor," kata dia.

Beberapa faktor tersebut antara lain harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.

"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan masih sejalan dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," ujarnya.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menjabarkan, bahwa untuk BBM non subsidi, penentuan harganya dilakukan melihat mekanisme pasar dan sesuai dengan kebijakan masing-masing badan usaha.

"Ketika harga biaya produksinya keekonomian mengalami penurunan dan harga jualnya sekarang sudah di atas harga keekonomian saya pikir cukup rasional bagi badan usaha melakukan penyesuaian harga BBM Non Subsidi," terang Abra kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/9/2022).

Penyesuaian harga BBM Non Subsidi menjadi turun, kata Abra, supaya masyarakat juga bisa terdorong penggunaan BBM Non Subsidi, karena disparitas harga antara BBM Non Subsidi dan BBM Subsidi menjadi lebih kecil.

Ambil contoh misalnya harga BBM Non Subsidi Pertamax yang di banderol Rp 14.500 per liter sementara harga BBM Subsidi atau penugasan dibanderol dengan harga Rp 10.000 per liter. Di tengah kenaikan harga, disparitas harga tersebut menjadi terlampau jauh.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyebutkan bahwa nilai subsidi pemerintah membengkak sampai Rp 502 triliun itu lantaran pada bulan-bulan lalu, harga minyak mentah dunia naik gila-gilaan atau berada di atas level US$ 100 per barel.

"Turunnya harga minyak mentah dunia di level US$ 80 per barel mestinya menurunkan subsidi," ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/9/2022).

Mencermati turunnya harga minyak mentah dunia itu, Fahmy menilai harga BBM Pertalite bisa turun Rp 2.500 per liter atau menjadi Rp 7.500 per liter dari yang saat ini Rp 10.000 per liter.

"Penurunan Pertalite sekitar Rp 2.500 dan Pertamax sekitar Rp 2.300 per liter," ucapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Foto Harga BBM Turun: Pertamax Rp 12.800, Pertalite Rp 10.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular