
Sedih, Harga Beras Terus Naik, Petani Tetap Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terpantau melanjutkan kenaikan. Panel harga Badan Pangan nasional (Bapanas) mencatat, harga rata-rata nasional untuk beras hari ini, Jumat (30/9/2022). Beras premium naik ke Rp12.590 per kg dan beras medium ke Rp11.040 per kg.
Sepekan lalu, harga beras premium masih di Rp12.520 per kg dan medium di Rp11.000 per kg.
Pada 1 September 2022, harga beras premium tercatat di Rp12.370 per kg dan medium di Rp10.850 per kg. Ini adalah harga rata-rata nasional di tingkat pengecer.
Di tingkat produsen, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dilaporkan naik Rp10 jadi Rp5.020 per kg dan di tingkat penggilingan juga naik Rp10 jadi Rp5.290 per kg.
Harga beras medium di penggilingan naik Rp20 jadi Rp9.400 per kg dan beras premium naik Rp60 jadi Rp10.660 per kg. Harga ini di atas pembelian pemerintah (HPP) untuk pengadaan Perum Bulog yang dipatok Rp8.800 per kg. Itu pun sudah dinaikkan dari sebelumnya Rp8.300 per kg.
Harga beras memang terpantau naik sejak medio Juli 2022 hingga saat ini. Tren kenaikan harga gabah, baik di tingkat petani hingga harga beras di tingkat penggilingan, terus menanjak.
Hanya saja, kenaikan harga beras ini ternyata belum menjamin peningkatan taraf hidup bagi petani di Indonesia.
Ketua Umum Pemuda Tani HKTI, Rina Sa'adah mengatakan, kesejahteraan masih jadi isu bagi petani di Indonesia.
Menurutnya, tingkat kehidupan layak petani di Indonesia masih jauh. Bahkan, lanjut Rina, petani di Indonesia identik dengan kemiskinan. Dan, hal ini diakui bisa menjadi tantangan bagi Indonesia dalam memacu produksi beras nasional.
"Yang menjadi isu bagi petani sekarang adalah kesejahteraan. Kami mengajak untuk segera menyelesaikan masalah ini. Karena, setiap kali kami mengajak bicara petani, apalagi generasi muda, selalu bicara dinamika sekarang. Misalnya, konflik maupun tantangan. Tapi optimisme harus ditumbuhkan, supaya petani makin sejahtera," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (30/9/2022).
"Yang dibutuhkan sekarang adalah kebijakan strategi manajemen personalia. Betul-betul satu orkestra visi besar yang terukur, ada Bulog, Bapanas, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian. Pemerintah jadi dasar membuat hidup petani lebih sejahtera, ini tanggung jawab moral semua," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menambahkan, selama ini, opini yang berlaku adalah 'harga beras harus murah'. Padahal, lanjut dia, petani penghasil beras di Indonesia adalah didominasi petani kecil dengan lahan sempit.
"Ini yang harus diselesaikan. Konsep corporate farming harus jadi pendekatan lebih baik. Tidak mustahil petani memilih memproduksi yang bernilai tambah lebih, seperti beras organik, beras khusus. Ini harus jadi perhatian," kata Sutarto dikutip Jumat (30/9/2022).
Karena itulah, lanjut dia, konversi lahan pertanian masih terus terjadi.
"Kenapa? Karena petani nggak tertarik karena harga beras selama ini memang cenderung dirasakan masih terlalu murah. Dan ini memang jadi opini publik, maunya beras murah. Kalau saya katakan, mestinya beras harus wajar," ujarnya.
"Sehingga petani untung, dapat penghasilan cukup. Sekarang barangkali dengan luas lahan di bawah setengah hektar itu pasti di bawah UMR. Ini harus dipikirkan bersama," tambah Sutarto.
Karena itu, imbuh dia, pemerintah tidak cukup hanya memperluas lahan, tapi menjaga agar konversi tidak lagi terjadi. Sambil, memacu produktivitas petani.
"Sehingga, dibutuhkan kebijakan yang betul-betul bisa meng-orkestrakan dengan baik," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Teriak, Harga Beras Naik Gila-gilaan