
Inggris Carut Marut! Dunia & Indonesia Perlu "Siaga Satu"?

Imbas ke global seperti apa?
Pergerakan ekonomi sejatinya terjadi akibat aksi dan reaksi. Krisis ekonomi Asia 1997 dipicu oleh kejatuhan bath Thailand, krisis keuangan global 2008 dipicu praktik culas kredit kepemilikan rumah (KPR) di AS, krisis utang eropa dipicu gagal bayar pemerintah Yunani.
Lantas krisis Inggris akan memicu apa?
Indikasi paling mudah adalah dengan melihat fokus BoE saat ini. Kata kuncinya adalah pembelian besar besaran, seberapapun nilai yang dibutuhkan atas obligasi pemerintah Inggris atau gilt guna mencegah sell-off berlanjut.
Mengapa BoE mengambil langkah quantitative easing ini, karena banyak asuransi dan dana pensiun yang terkait denganya. Portofolio mereka rata rata adalah gilt tenor panjang, yang bila nilainya jatuh akan merugikan, setidaknya dalam buku.
Lantas?
Hitung berapa banyak bank investasi asuransi dan dana pensiun asal Inggris yang beroperasi di seluruh dunia. Bayangkan perusahaan perusahaan itu kolaps.
Dari situlah celah transmisi krisis lokal mendunia, mirip seperti jatuhnya Lehmann Brothers September 2008 yang tak hanya merugikan nasabahnya di AS, tetap juga counter part bisnis di seluruh dunia.
Adakah Pengaruh ke Indonesia?
Orang Indonesia itu paling pintar mengambil hikmah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga begitu, terhadap fenomena capital outflow masif di pasar Surat Berharga Negara saat ini.
Padahal kepemilikan asing tinggal tersisa 14% dibandingkan sebelum huru hara global ini di angka 38%. Ini memicu yield SBN 10 tahun nyaris menuju angka 8%.
Kata Menkeu beberapa waktu lalu, capital outflow tidak dapat dihindari, tetapi rendahnya kepemilikan asing di obligasi negara juga bagus karena membuat pasar domestik lebih stabil dari goncangan. Kata ibu Menkeu ada benarnya, mau kabur berapapun juga pasar tetap nyaman karena tinggal sedikit yang bisa kabur, mirip Jepang.
Artinya kalaupun terjadi fenomena higher for longer atas yield yield gilt Inggris, sudah tidak akan banyak menganggu stabilitas pasar SBN. Lagi pula, permintaan atas SBN oleh asing tetaplah ada sebagai bagian dari strategi return tinggi investasi di aset emerging market.
Pengaruh lain yang mungkin terjadi adalah bila pelemahan Poundsterling membuat dolar indeks terus berkuasa. Transmisi ini bersifat tidak langsung, tapi amat menyulitkan korporasi yang berhutang dalam dolar AS, tapi penerimaan dalam rupiah. Inilah yang terjadi pada Indonesia krisis moneter tahun 1997.
Inilah yang menyebabkan Bank Indonesia mati matian di pasar agar pelemahan rupiah masih dalam batas toleransi baik itu neraca perusahaan maupun pemerintah.
Sementara penularan krisis via sektor riil tampak kecil, karena Inggris bukanlah partner dagang utama RI. Apapun yang terjadi di sana, tampaknya tak banyak mempengaruhi rekor surplus neraca pembayaran yang sudah berlangsung sejak 28 bulan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]