Ada Loh Negara Lolos dari Badai Resesi, Ini Daftarnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda resesi global semakin nyata, setelah melihat satu per satu proyeksi lembaga internasional mulai dari IMF hingga Bank Dunia menjadi nyata.
Amerika Serikat (AS), sebagaimana telah diramal Bank Dunia dan IMF, resmi masuk jurang resesi, setelah rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 menunjukkan kontraksi secara tahunan. Ekonomi Negeri Paman Sam mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022.
Resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara menurun dua kartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun. Sekutu AS, Inggris, mengalami krisis biaya hidup yang berat. Krisis di negara tersebut memicu tingginya kasus kelaparan hingga naiknya angka pekerja seks komersial.
Bahkan, Inggris mencatat laju inflasi yang melonjak hingga 9,9 persen pada Agustus. Inflasi Inggris pun diperkirakan akan meningkat lebih lanjut tahun ini
Di tengah gejolak tersebut, ada beberapa negara yang diperkirakan mengalami pertumbuhan positif tahun depan. Beberapa negara terutama dari kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, masih cukup kuat menghadapi resesi tahun depan.
Bank Pembangunan Asia, ADB, memangkas perkiraan pertumbuhan 2022 untuk negara berkembang di Asia seiring adanya sejumlah faktor penyebab seperti penguncian wilayah terkait kebijakan zero Covid-19 di China yang berkepanjangan, masih berlangsungnya perang Rusia-Ukraina, hingga upaya berbagai negara memerangi inflasi.
ADB memperkirakan pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia hanya 4,3% di tahun 2022 ini. Sementara itu, tahun depan, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95%. Angka ini turun dari proyeksi sebelumnya yang dipatok 5%. Namun, untuk proyeksi yang memisahkan China, ekonomi Asia diyakini tumbuh 5,3% pada 2022 dan 2023.
Di Asia Tenggara, ADB melihat rata-rata pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada di kisaran 5% pada 2023. Proyeksi ini turun dibandingkan 5,2% yang dirilis ADB sebelumnya. Namun, ini adalah pertumbuhan yang tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan dunia dari World Bank (Bank Dunia).
Bank Dunia meramal perekonomian global akan menyusut hingga 1,9 persen poin menjadi 0,5 persen pada 2023. Ini adalah proyeksi dalam skenario terburuk.
Kemudian, pada 2024, ekonomi dunia akan kembali menurun 1 persen menjadi 2,0 persen.
Berikut ini negara-negara di Asia Tenggara yang diproyeksi tetap makmur dengan pertumbuhan yang masih tinggi pada 2023?
1. Vietnam
ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Vietnam akan tumbuh 6,7% pada tahun depan. ADB, dalam rilis terbaru September ini, mengungkapkan perekonomian Vietnam berkinerja cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Rantai pasokan pangan global yang dipulihkan akan meningkatkan produksi pertanian tahun ini, tetapi biaya input yang tinggi masih akan menghambat pemulihan sektor pertanian," tulis laporan ADB.
Lebih lanjut, melemahnya permintaan global telah memperlambat manufaktur Vietnam. Namun, prospek sektor ini tetap bullish mengingat investasi asing langsung yang kuat di sektor ini, menurut ADB.
2. Filipina
Filipina diproyeksi akan mencetak pertumbuhan sebesar 6.3% pada 2023.
"Pemulihan ekonomi diperkirakan akan mendapatkan daya tarik tahun ini dan tahun depan, didukung oleh penguatan investasi dan konsumsi domestik," kata ADB.
Pemulihan ekonomi di Filipina ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tren turun dalam kasus Covid-19 dan pelonggaran mobilitas masyarakat.
3. Kamboja
ADB mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk Kamboja pada 5,3% pada 2022, tetapi menurunkan perkiraan 2023 menjadi 6,2% dari 6,5% karena pertumbuhan global yang lebih lemah.
Kendati dipangkas, pertumbuhan ekonomi Kamboja tetap tinggi pada tahun depan. Ekonomi negara tersebut akan ditopang oleh kinerja manufaktur yang kuat, dari produksi garmen hingga alas kaki meskipun terjadi perlambatan ekonomi di Amerika Serikat.
Output industri diproyeksikan tumbuh 9,1% tahun ini, sebelum berkurang menjadi 8,6% pada tahun 2023 karena permintaan eksternal yang lebih lemah.
4. Indonesia
Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5% pada tahun 2023, terpangkas dari proyeksi sebelumnya 5,2%. Hal ini sejalan dengan kondisi eksternal yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini, menurut ADB, bisa mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Kendati demikian, ADB menilai pemulihan ekonomi Indonesia masih sesuai dengan jalurnya.
5. Malaysia
Sama halnya dengan rekan negara lainnya di Asean. Malaysia mengalami penurunan proyeksi dari 5,4% menjadi 4,7% pada tahun depan. Namun, jika dilihat secara wilayan, pertumbuhan ini lebih baik dari Singapura dan Brunei Darussalam yang masing-masing diramal tumbuh 3% dan 3,6% pada 2023. Pelambatan ekonomi global menjadi alasan dari pemangkasan ini.
Selain lima negara ini, India, Maladewa, Uzbekistan dan Georgia diperkirakan masih akan membukukan pertumbuhan di atas 5% pada tahun depan. Meskipun akan dipengaruhi inflasi tinggi, ekonomi India diperkirakan akan tumbuh 7,2% pada 2023.
Sementara itu, China yang menjadi ekonomi kedua terbesar di dunia diramalkan mencetak pertumbuhan rendah tahun depan. ADB mematok proyeksi pertumbuhan 4,5% untuk China pada 2023. Inflasi diproyeksikan meningkat tahun depan karena harga pangan yang lebih tinggi.
(haa/haa)