Pak Jokowi... Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja, Ini Buktinya!
Jakarta, CNBC Indonesia- Upaya pemulihan ekonomi Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan berat mulai dari lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga acuan, melonjaknya harga pangan, hingga i kaburnya investor asing.
Inflasi Indonesia secara tahunan (year on year/yoy), pada Agustus 2022 tercatat 4,69%. Inflasi tersebut memang lebih rendah dibandingkan pada Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94%. Namun, inflasi tahunan pada Agustus masih yang tertinggi sejak November 2015 (4,89%).
Inflasi Indonesia diperkirakan melonjak pada September karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi sejak awal bulan. Secara historis, kenaikan harga BBM akan melambungkan inflasi melalui dampak langsung (first round effect) dan dampak lanjutan (second round effect).
Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM pada November 2014. Inflasi bulanan (month to month/mtm) pada November mencapai 1,56% sementara pada Desember menyentuh 2,46%. Inflasi pada 2014 menembus 8,36%.
Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan inflasi September aakan menembus 1,20% (mtm) dan 5,99% (yoy).
"Inflasi diperkirakan melonjak sebagai dampak dari kenaikan harga BBM dan penyesuaian barang lainnya karena dampak BBM. Kenaikan harga BBM sudah berdampak kepada komponen lain termasuk inti," tutur Damhudi, kepada CNBC Indonesia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia tidak pernah mencatatkan inflasi bulanan di atas 1% sejak Desember 2014 atau lebih dari tujuh tahun terakhir.
Melonjaknya harga-harga pangan juga membuat inflasi melonjak sepanjang tahun ini. Cabai, minyak goreng, telur ayam, daging ayam, dan kedelai bergantian melambungkan inflasi Indonesia.
Inflasi harga bergejolak menembus 8,93% (yoy) pada Agustus 2022, jauh di bawah target Bank Indonesia (BI) yakni 5-6%.
Pada pertengahan Juli 2022, harga cabai rawit merah bahkan menembus Rp 100.000 per kg. Harganya sempat melandai pada Agustus tetapi kemudian melonjak kembali pada September. Sementara itu, minyak goreng sempat meroket bahkan hilang dari pasaran pada Maret.
(mae/mae)