Ada Ancaman Resesi, Ekonomi RI Tetap Sehat! Gegara Ini?

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
28 September 2022 19:25
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau lokasi pengembangan food estate atau lumbung pangan nasional dalam kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah pada Kamis (9/7/20220). (Biro Pers Sekretariat Presiden/ Laily Rachev) Foto: Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau lokasi pengembangan food estate atau lumbung pangan nasional dalam kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah pada Kamis (9/7/20220). (Biro Pers Sekretariat Presiden/ Laily Rachev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi ekonomi menjadi hantu menyeramkan bagi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi dunia saat ini sedang baik-baik saja, terutama selepas pandemi Covid-19 mereda.

Melihat laporan perkembangan ekonomi global yang mengkhawatirkan, semakin sadar bahwa jurang krisis dan resesi ada di depan mata. Komoditas energi yang melesat membuat inflasi melambung tinggi.

Panasnya inflasi bikin bank sentral dunia memutuskan mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga. Pada akhirnya, ini dianggap sebagai pemantik resesi.

Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Asian Development Bank (ADB) telah berulang kali mengumandangkan bahaya resesi di 2023.

Meski demikian, kondisi perekonomian saat ini seakan 'kebal' terhadap ancaman, Berbagai mesin pendorong perekonomian menunjukkan situasi saat ini sudah jauh lebih baik.

Mulai dari performa neraca perdagangan yang cemerlang, aktivitas manufaktur yang menguat, tekanan inflasi yang berkurang, peningkatan konsumsi, yang menunjukkan aktivitas perekonomian kian tumbuh.

Namun, ada satu hal lagi yang membuat perekonomian jauh lebih stabil, yakni kondisi politik di Tanar Air. Kalangan investor menganggap stabilitas politik di tanah air juga memberikan dampak bagi perekonomian.

Salah satu faktornya adalah keputusan Prabowo Subianto, yang merupakan rival dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berada di pemerintahan pasca bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Dalam artikel yang diterbitkan media asing Financial Times dan The Straits Times berjudul "Indonesia's unexpected success story" mengutip pernyataan Mantan Menteri Luar Negeri Singapura, George Yeo. Ia menyebut Indonesia saat ini menganut sistem demokrasi dengan karakteristik orang Jawa.

"Bahwa kita akan kampanye dengan keras, kita akan memanggil nama satu sama lain tetapi ketika surat suara dihitung dan kita semua tahu berapa proporsi relatifnya, kita akan membentuk kabinet koalisi," ujar George.

Menurut George, kondisi Indonesia stabil dalam berbagai hal, lantaran demokrasi terpimpin yang dianut Indonesia tidak merugikan kawan dan lawan. Dia mencontohkan bergabungnya Prabowo ke pemerintahan.

Selain itu, sektor perekonomian saat ini pun masih cukup sehat, tercermin dari sektor perbankan yang juga masih prima dan ekspor pun booming, bukan hanya dari komoditas.

Omnibus Law yang ditandatangani Jokowi untuk melonggarkan peraturan ketenagakerjaan guna membantu penciptaan lapangan kerja juga telah mendorong lebih banyak investasi asing karena beberapa produsen mendiversifikasi manufaktur jauh dari China.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Prabowo: Amerika Bingung dengan Gaya Politik di Indonesia


(cha/cha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading