
'Sobat' Resesi, 5 Negara Ini Punya Rapor Ekonomi Terburuk

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Hantu' resesi makin mengerikan. Banyak negara tengah dihadapkan pada risiko ekonomi tersebut seiring dengan berbagai krisis yang melanda dunia.
Adapun, secara teknis, resesi ditandai dengan pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Namun, secara umum resesi bisa diartikan terjadi penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi.
Hingga kuartal II-2022, sejumlah negara telah mencatatkan resesi secara teknis karena tak kunjung mencetak pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), sebagai patokan pertumbuhan ekonomi, secara positif.
Berikut 5 negara dengan pertumbuhan PDB terendah pada kuartal II-2022 secara yoy berdasarkan data yang dirangkum Trading Economics, dikutip Rabu (28/9/2022).
Makau (-39,3%)
Pertumbuhan ekonomi Makau memburuk dibandingkan kuartal I/2022 sebesar -8,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang terburuk sejak kuartal IV-2020 akibat pandemi yang memukul sektor ekonomi utama negara tersebut.
Ekspor jasa turun 48,6% yoy, di antaranya ekspor jasa permainan (-69,6%) dan ekspor jasa pariwisata lainnya (-41,4%), karena penurunan jumlah pengunjung yang menginap. Ekspor barang juga turun 36,0%.
Sementara itu, impor barang dan jasa turun masing-masing sebesar 20,0% dan 12,0%. Selain itu, penurunan terjadi pada konsumsi swasta (-6,6%), investasi tetap (-29,4%), dan pengeluaran pemerintah (-6,5%).
Ukraina (-37,2%)
Negara yang menjadi titip perang ini telah menderita kerugian ekonomi yang besar sejak serangan Rusia pada Februari 2022. Pertumbuhan ekonomi negara Eropa Timur ini memburuk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar -15,1%.
Hampir seluruh sektor mulai dari infrastruktur, ekspor, hingga konsumsi anjlok akibat perang yang masih berlangsung hingga saat ini.
Sri Lanka (-8,4%)
Pertumbuhan PDB Sri Lanka pada kuartal II-2022 memburuk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat -1,6%.
Gejolak ekonomi yang ditandai dengan menipisnya cadangan devisa akibat 'salah urus' negara oleh pemerintahan sebelumnya dianggap sebagai biang keladi kejatuhan Sri Lanka. Bahkan, negara ini juga telah dinyatakan bangkrut karena tak bisa membayar utangnya tepat waktu.
Rusia (-4,1%)
Ekonomi Rusia turut terdampak akibat 'perangnya sendiri' di Ukraina. Padahal, pada kuartal I/2022 Negeri Beruang Merah masih mencatatkan pertumbuhan PDB positif sebesar 3,5%.
Hampir seluruh sektor mengalami kontraksi mulai dari perdagangan besar dan eceran; perbaikan kendaraan bermotor dan sepeda motor (-14,1%), pasokan air, saluran pembuangan, dan pengumpulan sampah (-9,2%), manufaktur (-4%), dan pertambangan (-0,8%).
Pemerintah Rusia memperkirakan PDB akan berkontraksi 2,9% pada 2022 dan 0,9% pada 2023, jauh lebih rendah dari perkiraan Agustus masing-masing turun 4,2% dan 2,7%. Namun, secara triwulanan, pemerintah melihat ekonomi Rusia kembali tumbuh pada akhir 2022 atau 2023.
Paraguay (-3,4%)
Pertumbuhan ekonomi Paraguay tercatat memburuk pada kuartal II-2022 setelah sebelumnya PDB terkontraksi 1,1% pada kuartal I-2022.
Pertumbuhan konsumsi dari sebelumnya 3,4% berubah menjadi kontraksi sebesar 0,8%. Sementara itu, terjadi penurunan ekspor sebesar 4,4% dan kenaikan tajam impor hingga 18,7%.
Sektor pertanian melanjutkan penurunannya sebesar -35,% serta konstruksi dan manufaktur kontraksi 6,9%.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Global Nyata! 6 'Negara' Sudah Masuk Jurang Resesi
