Bukan Covid-19, Kelangkaan Air Jadi Ancaman Nyata Bagi RI

Eqqi Syahputra & Khoirul Anam & Novina Putri, CNBC Indonesia
28 September 2022 17:10
Urgensi Konservasi Air Untuk Pembangunan Berkelanjutan   (CNBC Indonesia TV)
Foto: Diskusi menuju The 10th World Water Forum 2024 di Bali bertajuk 'Air Untuk Kesejahteraan Bersama' (Dokumentasi CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambahan jumlah penduduk di Indonesia menjadi sebuah kekuatan dalam menciptakan nilai tambah perekonomian. Meski demikian, ada ancaman yang mengintai di tengah masifnya penambahan penduduk, yakni kelangkaan air.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Adenan Rasyid mengungkapkan ada tiga persoalan utama dalam pengadaan air bersih yakni kualitas air, kuantitas, dan kontinuitas. Masalah selanjutnya adalah pencemaran air, hingga bencana terkait seperti banjir hingga kekeringan.

"Untuk itu dibutuhkan strategi yang perlu dilakukan berdasarkan pola rencana yang sudah dibuat. Jadi bertitik tolak dari masalah dahulu supaya mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai prioritas," kata Adenan dalam Diskusi Menuju The 10th World Water Forum 2024 'Air Untuk Kesejahteraan Bersama', Rabu (28/9/2022).

Untuk mengatasi ancaman ini, pemerintah menurutnya telah membangun beberapa infrastruktur yang terkait penampungan air, yakni bendungan, embung, dan situ. Dia mengakui banyak kendala yang dihadapi dalam pembentukan infrastruktur, salah satunya pembebasan lahan.

"Siapa berbuat apa sudah jelas, semuanya sudah integrasi. Jadi produk yang dikerjakan bersama-sama," tegasnya.

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS Saparis Soedarjanto mengatakan telah melakukan identifikasi permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan daerah. Saat ini yang terganggu menurutnya kondisi kontinuitas aliran, bahkan beberapa daerah mengalami kelangkaan.

Untuk itu, tata guna lahan harus didorong untuk meminimalisir kelangkaan air. Konservasi air yang menggunakan pendekatan landscape pun menurutnya tidak bisa dilepaskan dari faktor lainnya, seperti perubahan iklim.

"Kami ada upaya revegetasi, sehingga meningkatkan fungsi intersepsi hujan. Bagaimana menjadi ketersediaan dalam konteks jumlah dan kontinuitas, sehingga fluktuasi bulanan tidak terlalu besar," kata Sapari.

Dalam kesempatan yang sama Akademisi UGM Budi S, Wignyosukarto mengatakan masalah kelangkaan air terdiri dari empat dimensi, yakni ketersediaan, aksesibilitas, biaya, dan kualitas. Untuk itu peran negara penting untuk hadir dalam pengelolaan sumber daya air.

"Dibutuhkan sesuatu kekuatan yang besar untuk mengorganisir semua permasalahan itu dan juga konservasi. Semua harus terorganisir dengan baik," ujar Budi.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut: 5 Miliar Orang Kesulitan Akses Air Bersih di 2050

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular