Cerita 'Kiamat' Inggris: Tak Ada Kencan, Tak Ada Pernikahan
Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis biaya hidup yang terjadi di Inggris telah merubah pola perilaku masyarakat. Pasalnya, warga mulai memilih untuk melakukan langkah-langkah penghematan pengeluaran.
Salah satu yang mengalami hal ini adalah ASN asal Exeter, Rachel, bukan nama sebenarnya. Kepada media The Guardians, wanita berusia 31 tahun itu mengungkapkan sulitnya untuk kencan akibat pengeluaran yang tinggi.
"Para pria sekarang harus melewati serangkaian pertanyaan 'bendera merah' hanya untuk mendapatkan kencan pertama," ujarnya dikutip Rabu (28/9/2022).
Ia juga berpandangan bahwa banyak warga Inggris yang mungkin berpikiran sama seperti dirinya. Ini akhirnya membuat banyak orang harus berdiam diri di rumah akibat pengeluaran untuk pergi yang begitu tinggi.
"Keuangan memang memiliki dampak besar pada itu dan itu membatasi pilihan Anda. Saya yakin ada banyak orang baik dengan latar belakang dan minat yang sama dengan saya terjebak di rumah karena mereka juga bangkrut. Ini adalah kekhawatiran," jelasnya.
Hal serupa juga dialami suster asal Midlands Timur, Beth. Sebelum pandemi Covid-19, agenda selalu dipenuhi waktu untuk bertemu dengan kawan. Namun, saat ini ia perlu menguranginya karena biaya hidup yang mencekik.
"Saya mencoba melihat teman-teman yang akan mengerti jika saya hanya memesan starter atau membatalkan menit terakhir karena keuangan, karena itu memalukan," katanya.
"Akhirnya, semakin Anda mengatakan tidak, semakin banyak orang yang berhenti mengundang Anda untuk melakukan sesuatu," tegasnya.
Krisis biaya hidup di Inggris sendiri cukup parah. Ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan pasca perang Rusia-Ukraina yang berakibat pada inflasi.
Pada Agustus 2022, tingkat inflasi di negara itu masih berada di level 9,9%. Ini diyakini akan makin tinggi seiring mahalnya biaya energi di Oktober nanti.
Hal ini juga kemudian telah membuat warga mulai kesulitan dalam mendapatkan pangan. Sebelumnya, sebuah laporan terbaru menyebut bahwa anak-anak yang kelaparan bahkan mengunyah penghapus karet atau bersembunyi di taman bermain saat berada di sekolah.
Ini karena keluarga mereka tak mampu menyediakan makan siang. Di kerajaan tersebut makan siang menjadi wajib, namun beberapa sekolah memberi gratis jika sejumlah syarat terpenuhi.
Selain itu, krisis biaya hidup juga disebut membuat kenaikan pada jumlah pekerja seks komersial (PSK). Data terbaru English Collective of Prostitution, yang dikutip akhir bulan lalu, di awal musim panas negara itu saja, pada Juni dan berakhir September, ada tambahan jumlah PSK hingga 1/3.
Tidak Ada Budget ke Pernikahan
Sementara itu, datang ke ulang tahun dan pernikahan juga menjadi masalah baru di Inggris. Dana tak cukup dianggarkan.
Menurut survei baru-baru ini, hampir sepertiga orang Inggris telah menolak undangan pernikahan. Ini karena krisis biaya hidup.
"Saya lebih selektif (untuk pergi ke luar), terutama jika saya tahu seseorang ingin menghabiskan lebih banyak uang daripada saya sendiri," kata seorang fotografer lepas berusia 23 tahun, Connor Pope.
"Saya tidak menerima uang dari orang tua saya, tidak seperti beberapa teman saya, jadi saya harus menolak," tambahnya.
Sementara itu, seorang ahli epidemiologi dan rekan penulis The Spirit Level, Kate Pickett, mengatakan fakta bahwa orang tidak mampu bersosialisasi harus menjadi perhatian serius. The Spirit Level sendiri adalah buku yang menceritakan soal kesetaraan dalam masyarakat.
"Hubungan kita satu sama lain adalah bagian besar dari kesehatan mental dan fisik kita," katanya.
"Ada penelitian jangka panjang yang menunjukkan tidak memiliki teman sama buruknya dengan kesehatan Anda seperti merokok," tegasnya.
(sef/sef)