
Sederet Harta Karun RI yang Bikin Iri, Jadi Rebutan Dunia!

2. Nikel
Cadangan nikel RI menjadi yang terbesar di dunia. Data Kementerian ESDM 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", menyebut cadangan logam nikel yang dimiliki RI sebesar 72 juta ton Ni (nikel).
Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
Nikel memiliki banyak kegunaan mulai dari bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik hingga bahan baku kendaraan listrik itu sendiri, sehingga RI menjadi incaran asing karena kekayaan sumber daya alam nikel ini.
Nilai tambahnya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pemaparan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana pada webinar awal bulan ini, pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonit) menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 11,4 kali.
Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4 kali. Jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5 kali dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7 kali.
Sementara bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1 kali. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7 kali.
Selanjutnya, jika diproses menjadi precursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6 kali, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6 kali, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6 kali.
(wia)