Bukan Cuma MRT, Harta Karun Bermunculan di Proyek Tol

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
28 September 2022 06:45
Situs di sekitar tol Pandaan-Malang. (Foto: detikjatim/Muhammad Aminudin)
Foto: Situs di sekitar tol Pandaan-Malang. (Foto: detikjatim/Muhammad Aminudin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah proyek infrastruktur RI menemukan banyak kejutan dalam proses pembangunannya. Yaitu, dengan ditemukannya berbagai peninggalan bersejarah di lokasi konstruksi.

Seperti peninggalan Batavia kuno di jalur MRT Jakarta Fase 2 Bundaran HI-Ancol.

Juga, penemuan artefak berupa batu Yoni di proyek tol Solo-Yogyakarta.

Penemuan ini sempat viral beberapa waktu lalu, bahkan mengundang masyarakat berdatangan untuk menyaksikan langsung artefak tersebut, tepatnya di lokasi proyek tol Solo-Yogyakarta.

Di lokasi konstruksinya ditemukan sebuah batu Yoni, pada trase pembangunan tol yang ada di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo Klaten.

Yoni yang dikenal oleh warga dengan sebutan Candi Asu ditemukan itu tersebar di kebun dan sawah yang diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Dengan temuan ini, pembangunan jalan tol pun terpaksa harus mengalami perubahan.

Desain tol diubah sehingga pembangunan trase tol yang tadinya dilakukan menapak diubah menjadi melayang.

"Salah satu penyesuaian desain tol yang pernah dilakukan untuk di wilayah Jawa Tengah adalah adanya rekayasa konstruksi jalan tol yang semula at grade menjadi elevated (melayang) untuk menghindari situs Yoni yang ada di desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah," mengutip laman PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), Rabu (28/9/2022).

Ada juga di Jawa Timur, di lokasi pembangunan tol Pandaan-Malang juga ditemukan beberapa situs kuno pada jalur proyek trase tol. Situs pertama ditemukan sejak 2012 silam, yang berada di wilayah Saradan Madiun.

"Di sana dulu ditemukan struktur batu bata bersama kolam kecil seperti petirtaan di wilayah Saradan sekitar tahun 2012," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, mengutip Detikcom.

Menurut Wicaksono situs itu langsung dieskavasi dan dikoordinasikan dengan Bina Marga. Sehingga muncul kesepakatan ruas tol dibangun melayang atau menggunakan fly over.

Tidak hanya berhenti di situ, situs kedua ditemukan pada wilayah Beji, kabupaten Pasuruan. Situs itu berupa petirtaan yang sebelumnya pernah diperbaiki pada zaman kolonial Belanda.

Kemudian ditemukan juga petirtaan atau saluran air yang berada di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis. Menurut Wicaksono temuan saluran kemungkinan berasal dari masa pra Majapahit.

Tidak hanya situs kuno, dalam proyek ini juga ditemukan beberapa benda kuno, seperti ratusan koin logam kuno dan pecahan keramik dari China.

Mengutip laman Bina Marga, dengan penemuan situs ini dan hasil interpretasi para arkeolog, maka trase jalan tol diputuskan untuk menghindari situs dan harus digeser ke arah sungai. Dampak dari pergeseran ini adalah diperlukannya konstruksi penguatan lereng sungai untuk menjaga badan jalan tidak tergerus oleh arus sungai.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun RI Hingga 54 Negara Terancam Malapetaka

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular