Heboh! Penemuan 'Harta Karun' di Proyek Tol di Jawa

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
27 September 2022 10:35
Tim arkeolog membogkar terakota yang ditemukan untuk dipindahahkan saat proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Tim arkeolog membogkar terakota yang ditemukan untuk dipindahahkan saat proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peninggalan bersejarah ternyata tak hanya ditemukan di jalur pembangunan proyek MRT Jakarta. Tapi juga di lokasi pembangunan tol di Jawa. 

Penemuan ini sempat viral beberapa waktu lalu, bahkan mengundang masyarakat berdatangan untuk menyaksikan langsung artefak tersebut, tepatnya di lokasi proyek tol Solo-Yogyakarta.

Di lokasi konstruksinya ditemukan sebuah batu Yoni, pada trase pembangunan tol yang ada di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo Klaten.

Yoni yang dikenal oleh warga dengan sebutan Candi Asu ditemukan itu tersebar di kebun dan sawah yang diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Melihat adanya penemuan ini membuat desain tol diubah sehingga pembangunan trase tol yang tadinya dilakukan menapak diubah menjadi melayang.

"Salah satu penyesuaian desain tol yang pernah dilakukan untuk di wilayah Jawa Tengah adalah adanya rekayasa konstruksi jalan tol yang semula at grade menjadi elevated (melayang) untuk menghindari situs Yoni yang ada di desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah," mengutip  laman PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), Selasa (27/9/2022).

Petugas menunjukkan sejumlah artefak yang ditemukan di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)Foto: Petugas menunjukkan sejumlah artefak yang ditemukan di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022) yang rencananya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Bergeser ke Jawa Timur, di lokasi pembangunan tol Pandaan-Malang juga ditemukan beberapa situs kuno pada jalur proyek trase tol. Situs pertama ditemukan sejak 2012 silam, yang berada di wilayah Saradan Madiun.

"Di sana dulu ditemukan struktur batu bata bersama kolam kecil seperti petirtaan di wilayah Saradan sekitar tahun 2012," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, mengutip Detikcom.

Menurut Wicaksono situs itu langsung dieskavasi dan dikoordinasikan dengan Bina Marga. Sehingga muncul kesepakatan ruas tol dibangun melayang atau menggunakan fly over.

Tidak hanya berhenti di situ, situs kedua ditemukan pada wilayah Beji, kabupaten Pasuruan. Situs itu berupa petirtaan yang sebelumnya pernah diperbaiki pada zaman kolonial Belanda.

Kemudian ditemukan juga petirtaan atau saluran air yang berada di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis. Menurut Wicaksono temuan saluran kemungkinan berasal dari masa pra Majapahit.

Tidak hanya situs kuno, dalam proyek ini juga ditemukan beberapa benda kuno, seperti ratusan koin logam kuno dan pecahan keramik dari China.

Mengutip laman Bina Marga, dengan penemuan situs ini dan hasil interpretasi para arkeolog, maka trase jalan tol diputuskan untuk menghindari situs dan harus digeser ke arah sungai. Dampak dari pergeseran ini adalah diperlukannya konstruksi penguatan lereng sungai untuk menjaga badan jalan tidak tergerus oleh arus sungai.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger 'Harta Karun' Bermunculan, Proyek Jalan Tol Dihentikan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular