
Situasi Berat! Ekonomi RI Bisa Kena 'Getah' Gelapnya Dunia

Berbagai proyeksi dan raihan laju ekonomi nasional telah membuktikan Indonesia cukup konfiden di tengah gejolak ekonomi global. Namun, Menkeu mengingatkan jika inflasi bisa menjadi momok perlu diwaspadai.
"Meskipun Indonesia masih relatif lebih rendah inflasi dibandingkan Emerging Market dan G20 kita fokus untuk mengendalikan inflasi terutama yang berasal dari faktor-faktor controllable harga lapangan yang tidak kita impor dan jaga dari sisi pasokannya. Kita berharap inflasi terkendali dengan baik," ujar Sri Mulyani.
Teorinya, inflasi yang tinggi akan menggerus laju pertumbuhan ekonomi. Meski pada level tertentu diperlukan untuk menggerakkan roda aktivitas perekonomian. Namun, tekanan besar inflasi yang datang dari luar atau imported inflation, dan tekanan inflasi domestik bisa memangkas laju ekonomi yang sudah terdampak oleh ekonomi global.
Perekonomian Indonesia memang telah pulih dibandingkan sebelum pandemic Covid-19 tahun 2019, dan bahkan moncer dibandingkan dengan banyak negara. Buktinya, laju ekonomi kuartal II bisa mencapai 5,44%.
"....dan lihat, hampir semua negara kondisi kuartal keduanya melemah dibandingkan kuartal I, sangat-sangat ekstrem," ujar Menkeu
Sri Mulyani menunjuk ekonomi memble negara besar seperti China, Amerika Serikat, Jerman hingga Inggris yang terus terkoreksi. Untuk urusan pandemic, Menkeu membanggakan, hanya China dan Vietnam yang lebih tinggi dari Indonesia untuk urusan level kesembuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan sebelum pandemi.
Kokohnya ekonomi Indonesia ditopang oleh catatan impresif ekspor. Pada Agustus, mencapai US$27,9 miliar, rekor tertinggi dan tumbuh 9,1% dibandingkan tahun lalu. Bagusnya ekspor membuat surplus neraca perdagangan mencapai US$5,76 miliar, atau mempertahankan rekor 28 bulan surplus.
Dari dalam negeri, laju perekonomian ditopang oleh sejumlah indikator positif sektor konsumsi. Diantaranya, Indeks Google Mobility 19,4 di atas angka sebelum pandemi, Indeks Penjualan Ritel yang kuat sebesar 5,4%, dan Mandiri Spending Index yang mencapai 132,0. Untuk sinyal produksi, PMI manufaktur juga tetap berada di lajur ekspansif selama 12 bulan, bertengger di 51,7 pada Agustus. Sementara konsumsi listrik untuk bisnis juga tercatat tetap tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]