
Apakah Ini Akhir dari Dunia? 'Kiamat' Terjadi di Mana-mana!

Saat pandemi penyakit Covid-19, perekonomian dunia mati suri. Banyak negara menerapkan kebijakan lockdown, alhasil dunia mengalami resesi.
Pasca ditemukannya vaksin Covid-19, perekonomian global berangsur-angur membaik. Bahkan mulai melesat pada tahun lalu. Namun, muncul masalah baru, inflasi perlahan mulai menanjak, sebab tingginya demand belum mampu diimbangi dengan peningkatan supply.
Kondisi semakin memburuk setelah perang Rusia dan Ukraina terjadi, membuat harga gas alam, minyak mentah dan batu bara naik gila-gilaan.
Eropa pun mengalami 'kiamat' energi. Benua Biru bahkan sampai terpaksa kembali menggunakan batu bara demi memenuhi kebutuhan energi.
Tingginya harga energi dan harga pangan akibat kekeringan membuat inflasi di berbagai negara meroket. Di Amerika Serikat (AS) dan Inggris inflasi berada di rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir, di zona euro bahkan rekor tertinggi sepanjang masa.
Tingginya inflasi membuat bank sentral di berbagai negara sangat agresif menaikkan suku bunga. Bank sentral AS (The Fed) menjadi yang paling agresif. Kebijakan tersebut membuat Eropa dan Jepang dilanda 'kiamat' mata uang.
Nilai tukar euro untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir berada di bawah level paritas, atau satu euro nilainya kurang dari US$ 1. Poundsterling Inggris bahkan jeblok ke level terlemah dalam 37 tahun terakhir, yen Jepang di level terlemah 24 tahun.
Jebloknya mata uang tersebut bisa berdampak buruk, inflasi bisa bertahan di level tinggi dalam waktu yang lama, sehingga memberikan masalah dalam jangka panjang.
Perekonomian dunia juga terancam 'kiamat', atau akan mengalami resesi. Bank dunia mengatakan perekonomian dunia akan mengalami resesi di 2023, akibat suku bunga tinggi.
"Tiga ekonomi terbesar dunia-Amerika Serikat, China, dan kawasan Eropa- telah melambat tajam," tulisnya dalam sebuah studi baru, dikutip Jumat (16/9/2022).
Bank Dunia yakin pukulan moderat sekalipun akan memicu resesi global. Bank Dunia pun memperkirakan kenaikan suku bunga akan terus dilakukan hingga tahun depan.
Bank Dunia mengingatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi ini dapat memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global. Pada 2023, PDB dunia diperkirakan bisa susut menjadi 0,5% setelah terkontraksi 0,4%.
Menurut Bank Dunia, ini akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> 'Kiamat' Tenaga Kerja Terjadi di Mana-mana
(pap/pap)