Internasional

Inggris Akhirnya Pakai Jurus Pemungkas Lawan 'Kiamat' Energi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
22 September 2022 19:49
The Union Jack flag flies above the Houses of Parliament from the Victoria Tower in London, Thursday, Sept. 12, 2019. The British government insisted Thursday that its forecast of food and medicine shortages, gridlock at ports and riots in the streets after a no-deal Brexit is an avoidable worst-case scenario. (AP Photo/Alastair Grant)
Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris pada mencabut moratorium kepada metode fracking yang digunakan untuk menggali bahan bakar fosil pada Kamis (22/9/2022). Hal ini dilakukan saat negara itu menghadapi krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Strategi Bisnis, Energi dan Industri (BEIS) mengatakan bahwa langkah ini penting untuk memastikan keamanan energi negara itu.

"Mengingat invasi ilegal Putin ke Ukraina dan persenjataan energi, memperkuat keamanan energi kami adalah prioritas mutlak," terang sekretaris bisnis dan energi Jacob Rees-Mogg dikutip AFP, Kamis (22/9/2022).

"Seperti yang dikatakan Perdana Menteri (PM) Liz Truss, kami akan memastikan Inggris adalah pengekspor energi bersih pada tahun 2040."

"Untuk sampai ke sana, kita perlu menjelajahi semua jalan yang tersedia bagi kita melalui produksi tenaga surya, angin, minyak dan gas. Jadi memang benar bahwa kita telah mencabut jeda untuk merealisasikan potensi sumber gas domestik," tambahnya.

Fracking sendiri merupakan metode yang cukup kontroversial. Fracking dilakukan dengan meledakkan campuran air, pasir, dan bahan kimia di bawah tanah untuk melepaskan minyak dan gas serpih.

Para pemerhati lingkungan berpendapat bahwa proses tersebut mencemari persediaan air, menyakiti satwa liar, menyebabkan gempa bumi, dan berkontribusi pada perubahan iklim global.

Di sisi lain, Inggris sendiri mengalami krisis energi yang cukup parah. Bahkan, kenaikan harga energi juga telah ikut mengerek inflasi.

Dua pekan lalu, PM baru Liz Truss berencana menerapkan subsidi energi untuk membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan di angka 2.500 pound atau Rp 42,7 juta per tahun.

Langkah ini dilakukan setelah Otoritas energi Inggris Ofgem berencana untuk menaikkan tarif batas atas listrik rumah tangga pada Oktober mendatang hingga 3,549 pound atau Rp 60,7 juta setahun. Padahal, sebelumnya tarif batas atas hanya menyentuh angka 1.971 pound atau Rp 33,7 juta.

Untuk memuluskan hal ini, Truss akan menebar bantuan hingga 100 miliar pound atau setara Rp 1.700 triliun. Bantuan ini nantinya akan mengkompensasi harga gas dan bahan bakar lainnya yang dapat digunakan oleh perusahaan energi untuk menghasilkan tenaga listrik.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Inggris Makin Nyata, Tempat Nge-bir Terancam "Punah"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular