Internasional

Krisis Inggris Masih Ngeri, Ramai-Ramai Warga "Buang" Oven

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 October 2022 19:42
Pandangan umum pelayat di sepanjang The Mall menjelang Pemakaman Negara Ratu Elizabeth II pada 19 September 2022 di London, Inggris. (Getty Images/Dan Kitwood) Foto: Pandangan umum pelayat di sepanjang The Mall menjelang Pemakaman Negara Ratu Elizabeth II pada 19 September 2022 di London, Inggris. (Getty Images/Dan Kitwood)

Jakarta, CNCB Indonesia - Krisis Inggris kembali menimbulkan "korban baru". Kali ini, warga berbondong-bondong mencari cara memasak yang lebih murah demi menghindari penggunaan oven.

Ini terungkap dari penelitian yang dilakukan Kantar. Warga yang dihadapkan dengan melonjaknya tagihan energi mulai mencari cara memasak yang lebih murah guna menghindari pemakaian oven.

Oven dianggap lebih boros energi. Mereka pun berbondong-bondong membeli peralatan memasak seperti slow cooker, air fryer dan pembuat sandwich, yang umumnya menggunakan lebih sedikit energi.

"Naik 53% dalam empat minggu hingga 4 September year-on-year (yoy)," sebut Kantar dilansir Reuters, Selasa (11/10/2022).

Kantar mengatakan inflasi bahan makanan mencapai rekor baru 13,9% pada September. Di mana barang dengan kenaikan harga naik tercepat terjadi pada susu, margarin dan makanan anjing.

"Kenaikan itu berarti rata-rata rumah tangga Inggris menghadapi lonjakan 643 pound dalam tagihan belanjaan tahunan mereka menjadi 5.265 pound jika mereka terus membeli barang yang sama," tulis penelitian.

"Dengan konsumen yang ingin mengelola anggaran, penjualan lini label supermarket sendiri meningkat sebesar 8,1% pada bulan September, sementara penjualan lini bermerek, yang umumnya lebih mahal, turun sebesar 0,7%," tambahnya.

Peneliti pasar mengatakan penjualan bahan makanan naik 4,8% dalam 12 minggu hingga 2 Oktober yoy. Ini menutupi penurunan volume yang jauh lebih besar setelah inflasi diperhitungkan.

Untuk bulan kelima berturut-turut, penjual diskon Lidl adalah toko kelontong yang tumbuh paling cepat. Mereka mendorong penjualannya 20,9% selama 12 minggu, sedikit di depan saingannya Aldi yang penjualannya naik 20,7%.

Kantar juga menyoroti lonjakan 18% dalam penjualan selai jeruk pada September saat Inggris berduka atas kematian Ratu Elizabeth. Pembelian ini mengacu pada hubungan mendiang ratu dengan Paddington Bear.

Sementara itu, sebelumnya, John Lewis, jaringan pusat belanja terbesar di Inggris, mengatakan banyak warga membeli pakaian dalam termal, sarung tangan, hingga gaun ganti untuk membantu mereka melewati musim dingin. Tidak hanya itu, penjualan selimut berkerudung, onesies, pakaian hangat, gaun ganti dan sandal telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir.

"Penimbunan pakaian dilakukan warga demi menghindari menyalakan termostat agar dapat menghemat uang," kata Claire Miles, Kepala Kategori Fashion di John Lewis dalam sebuah pernyataan melansir laman yang sama.

"Dengan biaya energi yang mengkhawatirkan, kami melihat pelanggan menghabiskan dengan memikirkan panas," tambahnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Inggris Krisis, Jutaan Warga Rela Tak Makan Demi Listrik


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading