Internasional

India Setop Ekspor Beras, Indonesia Bisa Ketiban Sial

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
19 September 2022 13:50
Sejumlah kuli panggul sedang membawa karung beras di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta (7/2/2018). Perum Bulog akan mengimpor beras dari tiga negara yaitu Thailand, Vietnam dan India dengan jumlah maksumum 281.000 ton, namun jumlah tersebut berbeda dengan keputusan tang diberikan oleh Kementerian Perdagangan yang hanya mengizinkan impor beras sebanyak 500.000 ton. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - India memutuskan untuk menyetop ekspor beras pecah. Keputusan itu akan memiliki dampak yang merugikan bagi Indonesia.

Adapun, kebijakan tersebut diambil untuk mengendalikan harga domestik. Selain melarang ekspor beras pecah, pemerintah juga mengenakan pajak ekspor 20% untuk beberapa jenis beras yang dimulai 9 September.

Lembaga analisis Nomura mengatakan Filipina dan Indonesia akan paling rentan terhadap larangan tersebut. Untuk Filipina, hal ini didasarkan oleh 20% kebutuhan beras negara itu yang berasal dari impor.

"Sebagai importir bersih komoditas terbesar di Asia, beras dan produk beras menyumbang 25% dari keranjang CPI makanan negara, bagian tertinggi di kawasan ini," tambah data dari Statista yang dikutip CNBC International, Senin (19/9/2022).

Sementara itu, untuk Indonesia, Nomura melaporkan bahwa RI melakukan impor untuk memenuhi 2,1% dari kebutuhan konsumsi berasnya.

India menyumbang sekitar 40% dari pengiriman beras global. Negeri Hindustan itu mengekspor ke lebih dari 150 negara.

Ekspor mencapai 21,5 juta ton pada tahun 2021. Itu lebih dari total pengiriman dari empat eksportir biji-bijian terbesar berikutnya, yakni Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS).

"Tetapi produksi telah menurun sebesar 5,6% tahun-ke-tahun pada 2 September mengingat curah hujan monsun di bawah rata-rata, yang mempengaruhi panen," terang Nomura.

Ekonom India Sonal Varma mengatakan tahun ini pola hujan monsun telah terjadi secara tidak merata dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, Juli dan Agustus adalah bulan 'paling penting' bagi produksi.

"Negara-negara bagian India penghasil beras besar seperti Benggala Barat, Bihar dan Uttar Pradesh menerima curah hujan 30% hingga 40% lebih sedikit," kata Varma.

"Meskipun curah hujan meningkat menjelang akhir Agustus, semakin terlambat penaburan (benih padi), makin besar risiko bahwa hasil panen akan makin rendah."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-Hati RI, Ada Kabar Buruk dari India! Soal Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular