Cek! Ramalan Soal Beras RI, Ada yang Bikin Was-was

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi beras di Indonesia diprediksi bisa tetap naik tahun ini. Meski, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas panen padi nasional tahun 2021 turun 250 ribu ha atau 2,3% dri 10,66 juta ha tahun 2020 menjadi 10,41 juta ha.
Di sisi lain, luas panen padi nasional pada Januari-April 2022 tercatat naik 380 ribu ha atau 8,58% dari 4,43 juta ha pada periode sama 2021 menjadi 4,81 juta ha.
"Produksi beras tahun harusnya tetap positif karena ada La Nina. Harusnya positif untuk peningkatan produksi beras. Karena ada daerah yang biasanya jadi bisa ditanam 2 kali. Seyogianya naik," kata Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (19/9/2022).
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kondisi cuaca di Indonesia pada tahun 2022/2023 akan cenderung mengalami La Nina lemah. Hingga tahun depan, La Nina diprediksi akan terus melemah hingga kembali netral.
Di mana, sebagian besar wilayah mengalami kondisi cuaca hujan normal dan sesuai jadwal. Meski, ada beberapa daerah yang mengalami curah hujan lebih banyak dan lebih sedikit, juga ada yang terlambat.
"Karena itu, perlu mempercepat tanam di September sampai Februari tahun depan. Dengan begitu, panen juga bisa cepat, bisa di Januari. Kalau Januari 2023 kita sudah panen, tahun depan posisi kita sudah aman, lebih dari kebutuhan bulanan," kata Sutarto.
"Dengan La Nina, seharusnya dalam 2 tahun musim tanam bisa 5 kali," tambahnya.
Untuk itu, dia berharap, pemerintah mendukung dengan ketersediaan benih yang baik. Sebab, benih menjadi kunci produktivitas padi.
"Juga soal pupuk, harus tersedia. Ini menyangkut produktivitas. Apalagi kalau ada gangguan iklim dan hama penyakit, terutama saat kelembaban udara tinggi. Masalah pupuk harus diatasi," katanya.
Apalagi, dia menambahkan, dengan melihat kondisi di tahun 2021, di mana luas panen menurun, menunjukkan tingginya konversi lahan padi ke peruntukan lain.
Sementara, lahan baru tidak bisa mengimbangi konversi lahan yang terjadi.
"Ketidaktepatan dalam pemupukan akan menambah masalah. Produktivitas turun. Kemarin-kemarin sudah dilaporkan kelangkaan di spot-spot tertentu, jangan sampai ini adalah gunung es. Harus dikawal," katanya.
Selain itu, dia menambahkan, pemerintah juga diharapkan bisa mempertimbangkan memberikan subsidi bahan bakar bagi petani yang menggunakan traktor.
"Begitu juga subsidi bahan bakar untuk penggilingan padi kecil. Karena kenaikan harga bahan bakar, meski kecil, tetap berdampak buat petani dan penggilingan padi skala keci. Kalau semua dari hulu ke hilir ini bisa diatasi maka dengan potensi La Nina, seharusnya positif buat produksi beras tahun ini," katanya.
Di sisi lain, Sutarto menambahkan, percepatan tanam mulai saat ini juga harus memperhitungkan luasan. Karena itu, imbuh dia, penanaman harus dilakukan dengan luasan tertentu, tidak sporadis oleh individu petani.
"Jangan tanamnya satu-satu, tapi per klaster, gabungan kelompok-kelompok tani. Karena kalau kecil-kecil nggak serentak, justru bisa jadi pemicu munculnya serangan hama penyakit," kata Sutarto.
Sementara itu, Departemen Pertanian AS (USDA) dalam laporan terbaru memproyeksikan, produksi beras Indoensia tahun 2021/2022 bisa mencapai 34,4 juta ton dan naik jadi 34,6 juta ton pada 2022/2023. Dengan estimasi produktivitas mencapai 4,68 ton per ha pada 2022/2023 dari 4,67 ton per ha 2021/2022.
Di sisi lain, produksi beras dunia diprediksi turun ke 507,99 juta ton pada 2022/2023 dari estimasi 2021/2022 sebanyak 515,08 juta ton.
[Gambas:Video CNBC]
Jokowi Panen Bendungan, RI Swasembada Beras 3 Tahun Berturut
(dce/dce)