
Ini 5 Rekomendasi Think-20 Dalam Perkuat Ekonomi Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Forum Think-20 (T20) Indonesia Summit 2022 telah diselenggarakan sebagai bagian dari penguatan peran G20 dalam menavigasi dinamika global yang saat ini terjadi.
Dalam forum T20, para pemikir, pembuat kebijakan, hingga pakar menawarkan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian pada isu prioritas Presidensi G20 Indonesia, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan percepatan transisi energi.
Ada lima rekomendasi kebijakan dari forum T20. Pertama adalah membangun pemulihan dan ketahanan. Rekomendasi pertama ini diperlukan karena kesehatan dan ekonomi merupakan dua sektor vital yang terpukul keras akibat pandemi dalam dua tahun terakhir. Hal ini menjadi pelajaran bahwa masalah pemulihan dan ketahanan perlu mendapat perhatian dari semua pihak.
Dalam rekomendasi ini mencakup peningkatan ketahanan makroekonomi dan memperkuat rantai pasokan global dan regional. Di samping itu, berinvestasi dalam kesehatan global dan sistem peringatan dini serta menciptakan sistem pangan pertanian berkelanjutan dan tangguh.
Selanjutnya, rekomendasi kedua yakni mempercepat kemajuan net zero emission (NZE). Perubahan iklim telah mendorong berbagai pihak untuk segera menerapkan ekonomi hijau. Percepatan NZE diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan ke depan yang lebih baik.
Langkah yang perlu dilakukan dalam rekomendasi kedua ini adalah mengatasi hambatan untuk meningkatkan upaya menuju NZE, memastikan transisi energi berkelanjutan, terjangkau, dan andal, serta mengintegrasikan pembangunan ekonomi dan pengelolaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan.
Kemudian rekomendasi ketiga yakni mendorong transformasi masyarakat digital sebagaimana tujuan anggota negara G20. Rekomendasi ini mencakup harmonisasi prinsip global dalam tata kelola data dan AI, mempromosikan digitalisasi masyarakat dan pemerintah, serta menutup kesenjangan digitalisasi bagi UMKM.
Rekomendasi keempat adalah mendorong ekonomi inklusif dan berpusat pada masyarakat. Dimana penerapan sistem ekonomi inklusif memungkinkan negara menghadapi dinamika masa depan dan mewujudkan kemakmuran yang merata. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan sistem perlindungan sosial, memungkinkan pembelajaran yang dipercepat dan inklusif, serta bergerak melampaui PDB sebagai ukuran kemakmuran.
Terakhir ada rekomendasi untuk meningkatkan tata kelola global. Rekomendasi ini dilakukan dengan mengelola risiko geopolitik, pembiayaan barang publik global dan melawan ketimpangan, dan mengembangkan tata internasional baru.
Rekomendasi ini diperlukan karena kerja sama dalam pembangunan berkelanjutan dan pemulihan tata kelola global adalah kunci untuk menjaga perdamaian dunia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan T20 memiliki posisi sangat penting dalam memastikan masalah yang ingin diselesaikan para pemimpin G20. Menurut dia, T20 berada dalam posisi strategis untuk melayani setidaknya dua peran utama dalam kontribusi pemecahan masalah global saat ini.
"Pertama, karena independensinya dari pemerintah nasional dan agenda politik masing-masing, T20 dapat memberikan wawasan berharga tentang agenda apa yang harus menjadi fokus para pemimpin global," ujar dia.
Menurut dia, kebijakan yang direkomendasikan para anggota T20 dapat membekali para pemimpin G20 dengan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu penting melalui analisis akademis, bersama dengan rekomendasi yang harus diambil.
"Kedua, T20 dapat berfungsi sebagai jangkar untuk memastikan inklusivitas dan prioritas yang tidak bias dari isu-isu yang dibahas dan sebagai bank ide G20 yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian kepada para pemimpin G20," lanjut Airlangga.
Hal serupa juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurut dia, forum T20 memainkan peran penting karena memberikan sumbangan pikiran dan ide untuk mendukung G20.
Retno menjelaskan bahwa kondisi ekonomi dunia dalam lima tahun ke depan ini akan lebih menantang. Kebijakan multilateral dan lembaga-lembaga dunia tengah menghadapi tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di samping itu, ungkap dia, perubahan iklim, restrukturisasi industri, transisi energi terbarukan, dan tren penyesuaian tenaga kerja menambah masalah jangka panjang yang saat ini mengubah cara perdagangan, keuangan, dan keamanan.
Adapun saat ini menurut Retno, lanskap global untuk kerja sama berubah karena adanya perang. Padahal perpecahan tersebut menghalangi penerapan pendekatan yang koheren untuk secara efektif mengatasi krisis dunia. Dia kemudian meminta agar T20 dapat mendukung kerja sama di lingkungan G20.
"Saya percaya T20 menawarkan ide-ide segar tentang bagaimana negara-negara dapat bekerja sama di luar kepentingan pribadinya yang sempit. Selama pandemi, kami melihat negara-negara bersatu untuk mengatasi masalah tersebut," pungkas dia.
Dia berharap, hasil dari T20 akan fokus pada upaya keluar dari krisis dunia saat ini, khususnya pandemi Covid-19 dan krisis iklim. Selain itu, upaya membangun kembali arsitektur global untuk kerja sama internasional demi menciptakan lingkungan yang kondusif.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kontribusi Strategis Think 20 Dalam G20 Bagi Kerjasama Dunia