Kontribusi Strategis Think 20 Dalam G20 Bagi Kerjasama Dunia

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
03 September 2022 10:45
Indonesian Finance Minister Mulyani Indrawati delivers her speech during meeting for G20 Finance Ministers Meeting in Nusa Dua on Indonesia resort island of Bali, on July 15, 2022. Sonny Tumbelaka/Pool via REUTERS
Foto: REUTERS/POOL

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian dunia diperkirakan masih akan menghadapi tiga krisis besar, yakni Conflict, Climate Change, dan COVID-19 (3C). Pandemi Covid-19 membawa dampak besar mulai dari krisis kesehatan global, hingga meningkatnya pengangguran.

Berbagai tantangan diperkirakan masih akan dirasakan hingga beberapa waktu mendatang. Selain itu, potensi pemulihan ekonomi yang tidak merata juga menjadi tantangan, terutama karena distribusi dan tingkat vaksinasi, dan kemampuan ekonomi untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang terhenti pada masa pandemi.

 

Situasi ini 'panas' dengan konflik yang terjadi di Ukraina yang telah membawa disrupsi kepada rantai pasok dunia, termasuk untuk produk makanan dan energi. Organisasi Pangan Dunia (FAO) mencatat bahwa harga pangan secara rata-rata global naik hingga 20% dari harga di awal tahun.

 

Harga gandum dan sereal bahkan tercatat pernah naik hingga 25%. Harga minyak dunia terus bertahan di atas US$ 100, menyebabkan inflasi yang tinggi di berbagai belahan dunia.

 

Perang dan konflik geopolitik telah menyebabkan pemulihan ekonomi yang sebelumnya penuh tantangan menjadi semakin sulit untuk dicapai. Berbagai analisis dari lembaga dunia memperkirakan pertumbuhan dunia di tahun 2022 akan menjadi 0,8% - 1% lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya.

 

Kerjasama ekonomi internasional menjadi semakin penting untuk membawa pemulihan ekonomi lebih efektif dan dirasakan oleh semua pihak, seperti yang tergambar dalam tema G20 Indonesia, Recover Together Recover Stronger. Sayangnya kerjasama internasional semakin sulit tercapai dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan rendahnya kepercayaan antar negara.

 

Dengan latar belakang inilah, Indonesia yang memegang Kepresidenan G20 pada tahun ini, mempunyai tugas untuk membangun diskusi antara dua puluh negara terbesar ini, serta menjembatani berbagai kepentingan yang ada. Perbedaan kepentingan antara negara-negara G20 terlihat semakin tajam ditambah lagi dengan tensi geopolitik dan geoekonomi yang membuat polarisasi semakin nyata.

 

Isu-isu yang berkembang seakan tidak dapat dilepaskan dari perspektif rivalitas antar negara yang menyebabkan sulitnya untuk menemukan common interest di antara anggota G20.

 

Agenda prioritas yang Indonesia tawarkan di forum G20 pada tahun ini sebenarnya sudah sangat tepat dalam usaha menjawab tantangan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Indonesia berusaha fokus pada isu-isu yang sangat penting dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta memberikan dampak positif paling tinggi.



Di sinilah pentingnya peran pihak di luar pemerintahan untuk tetap dapat menjaga diskusi tetap berlangsung, untuk melihat secara lebih jernih berbagai kepentingan bersama dan common ground, serta untuk tetap mendorong terjalinnya kerjasama.

 

Sebagai salah satu engagement groups dalam G20, Think-20 (T20) memiliki peranan strategis untuk mendorong kerjasama ekonomi yang lebih kuat, terutama di masa ketika banyak negara hanya memajukan kepentingan sepihak. T20 dapat memberikan rekomendasi untuk membangun kepercayaan antara negara dan mendorong kerjasama yang lebih kuat, melalui konsultasi dengan masing-masing pemerintahan negara anggota G20.

Dimulai pada 2012, T20 adalah kelompok independen yang terdiri dari think tank bergengsi dan akademisi dari seluruh dunia, dengan dipimpin oleh institusi riset dari negara tuan rumah Kepresidenan.

Pada 4-6 September mendatang, T20 akan menyelenggarakan T20 Summit dengan fokus pembahasan "Sustainability, Digital Transformation, Resilience & Recovery". Di sini T20 akan mengangkat berbagai rekomendasi yang disiapkan T20 Indonesia kepada pemimpin G20, dengan penekanan pada area kebijakan terkait mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, kesehatan global serta koordinasi kebijakan untuk pemulihan yang lebih inklusif.

Keberhasilan T20 dalam mendukung G20 menjadi semakin penting tahun ini, di mana dunia sedang menentukan arah kebijakan untuk masa mendatang: apakah akan lebih banyak bekerjasama atau menjadi lebih terpolarisasi.

Tahun ini juga menjadi sangat penting karena kepemimpinan G20 di beberapa tahun ke depan akan dipegang oleh negara berkembang. Indonesia mempunyai tanggung jawab bukan hanya untuk merepresentasikan kepentingan negara berkembang, tetapi juga turut menawarkan solusi yang dapat memecahkan berbagai permasalahan di kelompok tersebut.




(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article KTT T20 2022 Perkuat Peran G20 Dalam Navigasi Dinamika Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular