
Sri Mulyani Sebut RI Bisa Tekor Rp 112 Triliun! Kenapa?

Perubahan iklim ini panjang rentetan dampaknya dan tak bisa disepelekan. Utamanya terhadap kesehatan manusia dan menyebabkan banyak masalah lingkungan yang pada akhirnya membahayakan manusia.
Selain itu, persoalan lingkungan akan terjadi, di mana fenomena es di kutub-kutub bumi meleleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga menyebabkan banjir.
Sebagai contoh pada periode 2010 hingga 2018, emisi gas rumah kaca sudah naik hingga 4,3% per tahun. Selain itu, suhu rata-rata saat ini meningkat 0,03 derajat celcius yang akhirnya juga berpengaruh ke Indonesia.
Akibatnya permukaan air laut di Indonesia rata-rata naik 0,8-1,2 sentimeter per tahun, dampaknya saat ini sudah banyak kota yang tenggelam karena banjir.
Jika melihat dari sektor pertanian, perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi pertanian dan dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Salah satu indikator perubahan iklim yaitu suhu dan curah hujan. Perubahan suhu dan pola hujan dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan produksi menurun hingga gagal panen.
Selain itu, perubahan iklim juga mengubah arus laut dan menyebabkan pengasaman laut, sehingga menyebabkan menurunnya hasil tangkapan ikan.
Sementara, suhu yang terlalu panas dan berkurangnya ketersediaan air akan menghambat produktivitas pertanian. Perubahan iklim juga akan menyebabkan perubahan masa tanam dan panen ataupun menyebabkan munculnya hama dan wabah penyakit pada tanaman yang sebelumnya tidak ada.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku (ADHB) berkontribusi sebesar 12,98% terhadap PDB nasional pada kuartal II-2022.
Ini hanya dampak yang bisa dibayangkan. Perubahan iklim berlangsung begitu cepat dan merupakan ancaman nyata bagi seluruh rakyat Indonesia, serta ekonomi di dalam negeri.
Indonesia pun melalui Perjanjian Paris telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri atau 41% dengan bantuan internasional pada 2060.
"Komitmen ini telah diterjemahkan ke dalam strategi jangka panjang kami pada ketahanan iklim rendah karbon, serta emisi karbon netral pada 2060 atau lebih awal," jelas Sri Mulyani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)