Saat Ekonomi Loyo, China Impor Banyak Barang dari RI

haa, CNBC Indonesia
Kamis, 15/09/2022 14:20 WIB
Foto: Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, Selasa sore, 26 Juli 2022. Presiden Jokowi disambut oleh Presiden Xi dan keduanya langsung melakukan foto bersama. Setelahnya kedua pemimpin negara bersama-sama menuju ruang pertemuan. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China sedang tidak baik-baik saja. Perlambatan ekonomi menghantui negara ini akibat kebijakan ketat nol-Covid. Bahkan, IMF pernah menyebutkan soal lockdown Covid-19 dan krisis real estat di Negeri Tirai Bambu sebagai penyebab rontoknya ekonomi.

IMF pun memperkirakan China hanya akan tumbuh 3,3% di tahun ini. Pertumbuhan ekonomi China ini yang terendah dalam empat dekade terakhir.


Sebuah laporan survei oleh perusahaan konsultan Oliver Wyman memaparkan bahwa saat ini lebih banyak orang di China khawatir tentang pekerjaan mereka daripada di Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

"Di China, pertumbuhan sedikit lebih lemah, pertumbuhan pekerjaan untuk demografi tertentu lebih lemah, pekerja di sektor teknologi telah berjuang baru-baru ini, pertumbuhan upah lamban," kata Mitra Oliver Wyman Ben Simpfendorfer, dikutip dari CNBC International, Kamis (15/9/2022).

Di sisi lain, manufaktur di negara ini sempat terhambat dengan adanya gelombang panas yang terjadi pada Juli lalu. Namun, manufaktur China tampaknya perlahan kembali menguat pada Agustus 2022.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur China rebound ke level 49,4 pada periode Agustus 2022. Meski alami peningkatan, namun indeks manufaktur ini masih di level kontraksi karena berada di bawah level 50. Penguatan ini ternyata berpengaruh terhadap ekspor Indonesia.

Total nilai ekspor nonmigas Agustus 2022 ke-13 negara tujuan mencapai US$19,13 miliar atau naik US$1.39 miliar (7,86 persen) dibanding Juli 2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontributor pertumbuhan ekspor terbesar dicatatkan oleh China yang tumbuh US$1,13 miliar pada Agustus 2022.

"Ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2022 ke Tiongkok tercatat sebesar US$6,16 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setiantodalam konferensi pers, Kamis (15/9/2022).

Pada periode Januari-Agustus 2022, lanjutnya, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai US$39.081,6 juta (21,27 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$19.857,2 juta (10,81 persen), dan India US$16.150,9 juta (8,79 persen).

"Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah besi/baja, batubara, dan lignit," ungkap Setianto.

Namun, secara pertumbuhan volume, timah tercatat tumbuh hingga 1.856% pada periode Januari-Agustus 2022 dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Ekspor timah meningkat menjadi 15,07 juta Kg dari sebelumnya 770 ribu Kg.

Selain itu, ekspor nikel dan barang daripadanya Indonesia melesat 2.798% pada Januari-Agustus 2022 dibandingkan Januari-Agustus 2021. Pada periode ini, nikel tercatat naik dari 12,95 juta Kg menjadi 375,55 juta Kg.

Dengan demikian, ekspor Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Ekspor tertinggi sebelumnya terjadi pada April 2022 yang mencapai US$ 27,3 miliar.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspor Batu Bara RI ke China Turun Hingga 15%