
Eks Presiden Rusia Ungkap Ramalan Ngeri, Janjikan Kehancuran

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Rusia yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, memberikan peringatan perang nuklir kepada negara-negara Barat. Hal ini sebagai respons atas Perjanjian Keamanan Kyiv di mana Barat dapat memberikan jaminan keamanan untuk Ukraina.
Dikutip Russia Today, Medvedev menuliskan di Telegram-nya bahwa langkah itu dapat membawa Barat ke jalan perang nuklir dengan perang hibrida melawan Moskow. Ia bahkan menyatakan langkah itu akan menyulut Perang Dunia III.
"Proposal 'jaminan keamanan' yang diungkapkan oleh Kyiv pada hari Selasa adalah benar-benar prolog untuk Perang Dunia Ketiga," ujarnya, dikutip Rabu (14/9/2022).
"Jika Barat terus mendorong rezim Kyiv dengan jenis senjata paling berbahaya, kampanye militer Rusia akan pindah ke tingkat berikutnya, di mana batas yang terlihat dan potensi prediktabilitas tindakan oleh pihak-pihak yang berkonflik akan terhapus," tegasnya.
Kemudian, Medvedev juga mengutip ayat Alkitab di Wahyu 9:18 yang menyatakan bahwa bila perang itu terjadi, akan ada kehancuran besar di bumi.
"Dan kemudian negara-negara Barat tidak akan bisa duduk di rumah mereka yang bersih, menertawakan bagaimana mereka dengan hati-hati melemahkan Rusia dengan proxy."
"Semuanya akan terbakar di sekitar mereka. Orang-orang mereka akan memanen kesedihan mereka sepenuhnya. Tanah akan terbakar dan beton akan meleleh," paparnya lagi.
Tak hanya itu, Medvedev juga melanjutkan pernyataannya dengan menyatakan langkah Barat untuk melindungi Ukraina sebagai manuver yang bodoh. Pasalnya, Medvedev memandang bahwa Barat ingin menghancurkan Rusia namun tak ingin melakukan perang.
"Namun para politisi yang berpikiran sempit dan think tank bodoh mereka, dengan penuh pertimbangan memutar-mutar segelas anggur di tangan mereka, berbicara tentang bagaimana mereka dapat menangani kita tanpa terlibat dalam perang langsung. Idiot bodoh dengan pendidikan klasik," tambahnya.
Sebelumnya, proposal Perjanjian Keamanan Kyiv dikembangkan di bawah pengawasan mantan sekretaris jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen. Perjanjian ini menjaminkan keamanan wilayah Ukraina pra-2014.
Hal ini sendiri dikhawatirkan akan menyinggung Rusia. Pasalnya, semenanjung Krimea telah dianeksasi Moskow pada 2014 lalu. Selain itu, sebagian wilayah di Donetsk dan Luhansk juga telah bebas dari kendali Kyiv sejak tahun yang sama.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Saudara Kembar' Putin Beraksi, Rusia Ancam AS hingga Jepang
